Banjir Dana Asing Rp 1,88 T, IHSG Melesat Hari Ini

Tri Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 21/04/2022 15:46 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,68% di level 7.276,19 pada perdagangan hari ini, Kamis (21/4/2022).

Indeks konsisten bergerak di zona hijau sepanjang perdagangan berlangsung. Nilai transaksi hari ini mencapai Rp 16,94 triliun dan asing net buy di pasar reguler senilai Rp 1,88 triliun.

Saham yang menjadi incaran asing hari ini adalah saham duo big bank yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Persero Tbk (BMRI). Kedua saham ini diborong asing masing-masing Rp 440 miliar dan Rp 333 miliar.


Sementara itu saham yang paling banyak dilepas asing adalah saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dengan net sell masing-masing Rp 28 miliar dan Rp 24 miliar.

Indeks saham Bursa Asia hari ini bergerak variatif. Indeks Hang Seng dan Shang Hai Composite masing-masing ambles 1,25% dan 2,26%.

Sementara itu Wall Street semalam ditutup dengan variatif. Hanya indeks Dow Jones saja yang menguat 0,71%. Sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing melemah 0,06% dan 1,22%.

Yield Treasury tenor 10 tahun pada perdagangan kemarin terpantau melemah, setelah sempat melonjak dan mencapai lebih dari 2,94%, menjadi level tertinggi sejak Desember 2018.

Turunnya yield Treasury tenor 10 tahun terjadi di tengah pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2022 dan 2023 oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia (World Bank).

Pada 2022, IMF meramal ekonomi dunia diperkirakan hanya mampu tumbuh 3,6% lebih rendah dari yang sebelumnya diramal 3,8%. Untuk 2023, akan menjadi lebih buruk karena ekonomi diperkirakan hanya tumbuh 0,8%-0,2%.

Buruknya ramalan tersebut disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina yang hingga kini belum ada tanda-tanda penyelesaian.

Padahal, kedua negara tersebut berperan besar pada perekonomian dunia, terutama dalam pasokan minyak dan gas bumi. Ini sekaligus memberikan pengaruh terhadap sederet harga komoditas internasional yang kini sudah melonjak. Perang juga berdampak pada kenaikan harga pangan internasional.

Situasi ini akhirnya turut mengerek inflasi di berbagai negara. IMF memperkirakan inflasi pada negara maju mencapai 5,7% dan 8,7% pada negara berkembang untuk 2022.

Negara maju dan berkembang dengan fiskal yang kuat, akan mampu memberikan subsidi atau bantalan untuk menjaga daya beli masyarakat. Akan tetapi, negara lain dengan fiskal terbatas tak mampu berbuat banyak.

Sebelumnya pada Senin lalu, World Bank juga telah menurunkan perkiraan pertumbuhan globalnya untuk tahun ini hampir satu poin persentase penuh dari 4,1% menjadi 3,2%.

Di lain sisi, perang Rusia dan Ukraina diyakini akan makin memanas ke depan. Hal ini diutarakan Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin.

Pentagon menyebut serangan Rusia yang kini berpusat di Ukraina Timur, Donbass, adalah awal dari operasi yang lebih besar. Donbass sendiri adalah pusat milisi pemberontak pemerintah Kyiv.

"Kami pikir serangan ini adalah awal dari operasi ofensif yang lebih besar yang direncanakan Rusia untuk dilakukan," kata pejabat Kemhan AS yang berbicara dengan syarat anonim untuk berbagi rincian baru dari penilaian Pentagon tentang perang, dikutip CNBC International.

Pejabat itu menambahkan bahwa AS telah mengamati beberapa serangan darat. Termasuk beberapa tembakan jarak jauh dan pemboman artileri.

Ia juga mengatakan bahwa belum semua pasukan Rusia telah dikerahkan kembali ke pertempuran di Ukraina.

Sementara itu, beberapa data ekonomi yang tak kalah penting akan dirilis pada hari ini. Salah satunya yakni data inflasi Uni Eropa pada Maret 2022 dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK).

Konsensus Tradingeconomics memperkirakan IHK Uni Eropa pada bulan lalu akan kembali melonjak menjadi 7,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan menjadi 2,5% secara bulanan (month-on-month/mom). Sedangkan IHK inti Uni Eropa diprediksi meningkat menjadi 3% (yoy).

Tak hanya di Uni Eropa saja, data inflasi pada bulan lalu juga akan dirilis di Korea Selatan, tetapi inflasi ini dari sisi produsen (producer price index/PPI).

Selain inflasi di Uni Eropa dan Korea Selatan, data klaim pengangguran AS mingguan untuk periode pekan yang berakhir 17 April juga akan dirilis pada hari ini.

Pasar memperkirakan ada 182.000 klaim yang diajukan pada pekan lalu, lebih rendah dari pekan sebelumnya yang sebesar 185.000 klaim.

TIM RISET CNBCINDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Berebut Dana Asing, Ini Yang Jadi Perhitungan Investor Masuk RI