Indeks Dolar AS Jeblok ke Bawah 100, Rupiah Sukses Menguat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
21 April 2022 15:17
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (21/4/2022). Indeks dolar AS yang ambrol ke bawah level 100 mampu dimanfaatkan rupiah untuk menguat, meski masih tipis-tipis saja.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung menguat 0,14% ke Rp 14.335/US$. Sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat bagi rupiah pada hari ini. Apresiasi rupiah terus terpangkas hingga ke Rp 14.351/US$, sebelum menutup perdagangan di Rp 14.343/US$, menguat 0,08% di pasar spot.

Meski penguatan rupiah tidak besar, tetapi masih bagus dibandingkan mata uang utama Asia lainnya. Sebab, beberapa mata uang tersebut mengalami pelemahan.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:03 WIB.


Indeks dolar AS pada perdagangan Rabu merosot hingga 0,6% setelah sebelumnya sempat ke atas level 101, dan sore ini kembali ambrol 0,56% ke 99,82.

Pelaku pasar mulai price in dengan kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS) sebesar 50 basis poin pada bulan depan. Itu terindikasi dari penurunan indeks dolar AS meski salah satu Presiden The Fed Minneapolish, Neel Kashkari, pejabat elit yang paling dovish kini membuka peluang kenaikan suku bunga lebih agresif.

Dengan pasar yang sudah price in, rupiah yang sepanjang tahun ini cukup stabil tentunya berpeluang menguat ke depannya. Apalagi, para spekulan mengurangi posisi beli (long) dolar AS dalam dua pekan beruntun.

Berdasarkan data Commodity Futures Trading Commission (CFTC), pada pekan yang berakhir 5 April posisi beli bersih (net long) dolar AS mengalami penurunan nyaris US$ 2 miliar atau sekitar Rp 28,7 triliun (kurs Rp 14.350/US$) menjadi US$ 14,13 miliar.

Data terbaru menunjukkan posisi net long tersebut kembali menurun, pada pekan yang berakhir 12 April menjadi US$ 13,22 miliar.

Artinya, sudah 2 pekan beruntun para spekulan mengurangi posisi beli dolar AS, padahal The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada bulan depan.

Berkurangnya posisi spekulatif tersebut menjadi indikasi meski The Fed akan agresif menaikkan suku bunga, tetapi sebagian pelaku pasar melihat dolar AS tidak akan menguat terlalu jauh.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular