
Rupiah Menguat Meski Indeks Dolar AS Lagi Naik.. Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (21/4/2022). Padahal, indeks dolar AS juga sedang menguat di pasar spot. Apa pemicunya?
Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,14% di Rp 14.335/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,05% ke Rp 14.348/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS menguat sebanyak 0,16% ke level 100,550 di pasar spot terhadap 6 mata uang dunia. Bahkan, kemarin, indeks dolar AS mencapai level tertinggi sejak 25 Maret 2020. Indeks dolar AS berhasil menguat sebanyak 10% jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Penguatan dolar AS di pasar spot didorong oleh rencana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menetapkan kebijakan moneter yang agresif dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin yang akan dimulai pada Mei.
Kemarin, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly memberikan pernyataan bahwa dia mendukung kenaikan suku bunga acuan hingga sekitar 2,5% pada akhir tahun ini untuk melawan inflasi AS yang tertinggi sejak 40 tahun.
"Dengan mempertimbangkan risiko terlalu cepat atau terlalu lambat, saya melihat kebijakan netral menjadi yang paling bijaksana pada akhir tahun," tambahnya dikutip dari Reuters.
Dia juga menambahkan bahwa ketika akomodasi dihapus, The Fed perlu mengevaluasi efeknya, mengamati bagaimana kondisi keuangan untuk menyesuaikan terhadap suku bunga acuan, dan seberapa banyak inflasi akan surut, serta memikirkan langkah selanjutnya yang harus ditempuh.
Memperhatikan ketidakpastian saat ini atas perang di Eropa dan pandemi, Daly memperingatkan agar tidak bertindak terlalu cepat, menyerukan "pendekatan kebijakan yang halus dan metodis" yang kontras dengan jalur kenaikan suku bunga yang lebih tajam yang telah dianjurkan oleh beberapa rekannya.
Berbeda dengan The Fed, Bank Indonesia (BI) pada Selasa (19/4) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18-19 April 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," ungkap Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers.
Selain itu, BI memperkirakan transaksi berjalan (current account) kembali defisit di kisaran 0,5-1,3% dari PDB. Lebih landai ketimbang perkiraan sebelumnya yakni 1,1%-1,9% dari PDB.
Transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial bagi pergerakan rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil ketimbang pos Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) lainnya, sehingga transaksi berjalan yang baik dapat membuat pergerakan rupiah lebih stabil. Meskipun dolar AS sedang menguat di pasar spot.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer