Ada yang Ramal Inflasi 5%, Investasi di RI Masih Menarik?

Putra, CNBC Indonesia
21 April 2022 07:45
Warga mempelajari platform investasi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/11/2020). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Pengunjung mempelajari platform investasi digital di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Indonesia dihadapkan pada kondisi yang sulit tahun ini. Namun pandangan analis dan ekonom tak jauh berbeda, ekonomi RI masih bisa tumbuh 5%.

Riset Sucor Sekuritas memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2022 masih bisa tumbuh 4,5-5,5%.

Proyeksi Sucor Sekuritas tak terlalu jauh berbeda dengan perkiraan BI di 4,5-5,3%. Namun yang menarik adalah Sucor Sekuritas memperkirakan inflasi Indonesia bisa di kisaran 5-8% untuk tahun ini.

Inflasi di Indonesia memang cenderung akan meningkat. Pemicunya ada beberapa faktor mulai dari kenaikan harga barang dan jasa hingga kebijakan perpajakan.

Harga-harga yang akan naik untuk tahun ini adalah harga barang dan jasa yang terkait dengan harga komoditas.

Untuk komoditas minyak sawit mentah, setiap kenaikannya akan membuat harga minyak goreng semakin mahal.

Harga minyak mentah global juga akan berdampak pada kenaikan harga BBM. Pemerintah telah resmi mengumumkan kenaikan harga BBM non-subsidi Pertamax dari Rp 9.400/liter menjadi Rp 12.500-13.000/liter.

Ke depan bahkan Menteri ESDM juga sudah mensinyalkan pengaturan harga BBM jenis lain hingga harga LPG dan tarif listrik.

Kemudian dari sisi kebijakan perpajakan, pemerintah juga sudah menetapkan kenaikan PPN dari 10% menjadi 11% untuk produk dan jasa jenis tertentu.

Ketika PPN dinaikkan, maka harga yang harus ditanggung oleh konsumen akhir bakal lebih tinggi. Ini tentu akan berdampak pada kenaikan inflasi.

Saat inflasi meningkat tajam seperti yang diperkirakan dalam riset Sucor Sekuritas tersebut, investasi di saham tetap menjadi pilihan yang menarik.

Dalam dua dekade terakhir, rata-rata inflasi di Indonesia meningkat 5,8% per tahun. Di saat yang sama return IHSG per tahunnya mencapai 29,6%.

Artinya saat harga-harga barang dan jasa naik 6% uang yang diterima dari investasi di saham (di luar dividen) mencapai 30%. Artinya margin keuntungan masih ada 24% jika mengacu pada data historis.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Sucor Sekuritas Sebut Hal Ini 'Hantui' Pemulihan Ekonomi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular