46 Negara Sudah Naikkan Suku Bunga Acuan, BI Hari Ini?

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Selasa, 19/04/2022 09:25 WIB
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 46 central bank dunia sepanjang tahun ini atau year to date (ytd) diketahui telah menaikan suku bunga acuannya. Bank Indonesia (BI) sendiri telah memberikan penjelasan akan menaikan suku bunga ketika ada tanda-tanda kenaikan inflasi.

Sementara saat ini, sejumlah ekonom perbankan, memproyeksi tingkat inflasi di Indonesia akan menyentuh level 4% hingga 5%, naik lebih tinggi di atas proyeksi inflasi pemerintah dan BI 3% plus minus 1%. Lantas kapan BI akan menaikan suku bunga acuan?


Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro menjelaskan, 46 bank sentral dunia secara year to date telah menaikan suku bunga acuan. Sementara 54 bank sentral dunia lainnya, termasuk Bank Indonesia masih menetapkan suku yang sama.

"46 bank sentral dunia ini, kenaikannya lebih tinggi dibandingkan 38 negara yang sudah menaikan di 2021," jelas Andry kepada CNBC Indonesia, Senin (18/4/2022).

Dengan adanya ekspektasi penyesuaian harga yang diatur pemerintah atau administered prices, seperti harga LPG 3 kg, Pertalite, dan tarif listrik, inflasi Indonesia kata Andry diperkirakan akan menyentuh level di atas yang telah ditargetkan BI yang sebesar 3% plus minus 1%.

Andry memproyeksi dengan berbagai elastisitas harga, inflasi Indonesia jika pemerintah menyepakati untuk menaikan harga LPG 3 kg, Pertalite, dan tarif listrik maka diperkirakan tahun ini inflasi Indonesia akan menyentuh pada kisaran 4,2% - 4,7% (year on year).

Oleh karena itu, meskipun 46 bank sentral dunia sudah menaikan suku bunga acuannya. Namun yang perlu dilihat adalah kenaikan ekspektasi dari inflasi di domestik.

"Dengan berbagai variasi kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah, inflasi di 4,2% terendah pun sudah di atas target range BI," jelas Andry.

Dengan ekspektasi penyesuaian administered prices, kemungkinan inflasi akan meningkat di atas range BI, Andry menilai kemungkinan BI juga mulai akan menaikan suku bunga acuan.

"Apakah BI akan mempercepat kenaikan suku bunga acuan di Semester I-2022 ini dan saya mengacu yang disampaikan BI, pertimbangan awal gimana support pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu," tuturnya.

Pertimbangan lainnya juga dilihat dari ekspektasi core inflation yang akan mengikuti kenaikan. Karena jika ada kenaikan harga, tentu core inflation dari penawaran dan permintaan akan terkerek juga. Belum lagi inflasi yang disumbang dari harga emas perhiasan.

"Dengan kondisi tersebut, memang yang saya rasa dengan strategi BI cukup tepat, paling tidak untuk memberikan sinyal ada pengetatan 25 basis point itu setelah memastikan sektor-sektor ini (penawaran dan permintaan) relatif sudah pulih dan bisa bergerak di 2022 ini," jelas Andry.

Dari berbagai sektor yang ada sekarang, kata Andry kinerjanya sudah mencapai 100% dari kinerja 2019, namun porsinya masih kalah dengan sektor yang pencapaiannya di antara 80% - 99%. "Banyak sektor yang ada di tengah ini, hanya sedikit sektor yang berada di bawah pencapaian saat ini, atau berada di bawah 80% dari posisi 2019."

"Kita jadikan acuan 2019 itu sebagai pre-covid level. Dengan kondisi itu memang saya rasa tantangan dari inflasi adalah tetap menjaga dari pemerintah dan BI menjaga daya beli masyarakat supaya bisa menopang sektor riilnya. Itu wind-wind solution ketika inflasi meningkat," kata Andry melanjutkan.


(cap/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beda Arah "Jurus" Bank Sentral Dunia Atasi Ketidakpastian Dunia