
Pak Perry Kalau Hawkish Sedikit Saja, Rupiah Bakal Melesat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam beberapa pekan terakhir rupiah masih belum menunjukkan pergerakan besar melawan dolar Amerika Serikat (AS), termasuk Senin kemarin ketika melemah 0,07% saja di Rp 14.353/US$.
Pada perdagangan hari ini, Selasa (19/4/2022) pergerakan rupiah masih akan sama, tipis-tipis saja kecuali Bank Indonesia (BI) memberikan kejutan saat pengumuman kebijakan moneter siang nanti.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.
Jika sesuai ekspektasi, maka suku bunga acuan akan bertahan di 3,5% sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 14 bulan terakhir. Level 3,5% adalah suku bunga acuan terendah dalam sejarah Indonesia.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, masih konsisten dengan sikap dovish-nya.
Pekan lalu BI sekali lagi menegaskan belum akan menaikkan suku bunga sampai inflasi naik secara fundamental.
Perry masih optimis tahun ini inflasi tetap terkendali dan masih berkisar pada asumsi semula, yaitu 2-4%, sekalipun kini harga barang dan jasa terus naik.
"Sejauh ini kami masih confident inflasi masih bisa terjaga 2-4%," ungkap Perry usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022).
Perry sekali lagi menegaskan jika kebijakan moneter BI, terutama suku bunga tidak akan merespon first round impact dari kenaikan harga saat ini. Dengan sikap dovish tersebut, rupiah masih mampu menahan dolar AS yang sangat perkasa akibat The Fed (bank sentral AS) yang akan agresif dalam menaikkan suku bunga.
Seandaianya BI sedikit saja lebih hawkish, dengan memberikan sinyal akan menaikkan suku bunga di semester II-2022, rupiah bisa menguat melawan dolar AS bahkan tidak menutup kemungkinan pergerakannya cukup besar.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di kisaran rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) 100 dan 200. Ketiga MA tersebut bergerak mendatar, yang menjadi indikasi rupiah bergerak sideways, apalagi sejak awal tahun membentuk pola Rectangle.
Batas bawah pola Rectangle berada di kisaran Rp 14.240/US$ dan batas atas di kisaran Rp 14.400/US$. Untuk melihat kemana arah rupiah dalam jangka menengah salah satu level tersebut harus ditembus.
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun tetapi belum mencapai wilayah oversold.
![]() Foto: Refinitiv |
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam juga mendatar di dekat level 50, menegaskan rupiah masih belum akan mengalami pergerakan besar.
![]() Foto: Refinitiv |
Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.370/US$ sementara support di Rp Rp 14.340/US$ yang bisa menjadi rentang pergerakan rupiah hari ini.
Jika terjadi pergerakan lebih besar dengan menembus resisten, berisiko melemah ke Rp 14.400/US$ yang merupakan batas atas pola rectangle. Penembusan konsisten ke atas level tersebut berisiko membawa rupiah melemah lebih jauh ke Rp 14.430/US$ hingga Rp 14.450/US$
Sebaliknya jika support ditembus rupiah berisiko menguat ke Rp 14.320/US$. Di pekan ini rupiah berpeluang menguat ke 13.300/US$ hingga Rp 14.280/US$ jika mampu menembus konsisten ke bawah Rp 14.320/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
