
Bursa Asia Ambles, IHSG Masih Mantap di Jalur Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup terkoreksi pada perdagangan Senin (18/4/2022), meski sentimen positif datang dari China di mana ekonominya pada kuartal pertama tahun 2022 tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan.
Indeks Nikkei Jepang ditutup ambles 1,08% ke level 26.799,71, Shanghai Composite China melemah 0,49% ke 3.195,52, Straits Times Singapura merosot 0,98% ke 3.303,07, dan KOSPI Korea Selatan turun 0,11% ke posisi 2.693,21.
Sedangkan untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,55% ke level 7.275,289 pada perdagangan hari ini.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan ASX 200 Australia pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Paskah.
Dari China, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2022 dilaporkan tumbuh lebih cepat dari yang diharapkan sebelumnya oleh pelaku pasar.
Mengutip Tradingeconomics, Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics) China mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal I-2022 naik 4,8% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Angka ini melampaui konsensus pasar dalam yang tumbuh sebesar 4,4% dan juga lebih tinggi dari kenaikan di kuartal IV-2020 yang tumbuh 4% (yoy).
Namun, penjualan ritel pada Maret lalu dilaporkan turun 3,5%. Sebelumnya dalam polling, analis Reuters memang mengantisipasi penurunan hingga 1,6%.
Investasi aset tetap di kuartal ini juga naik 9,3% dibanding tahun lalu, melampaui ekspektasi 8,5%. Produksi industri di Maret naik 5% mengalahkan perkiraan 4,5%.
Tumbuhnya PDB China pada kuartal I-2022 terjadi di tengah masih bergelutnya Negeri Panda terhadap kenaikan kasus virus corona (Covid-19) dalam beberapa waktu terakhir, di mana kenaikan kasus kali ini menjadi yang terburuk sejak awal pandemi. Kasus terbanyak berada di kota Shanghai, lalu disusul Provinsi Jilin dan Guangdong.
Di lain sisi, mayoritas investor di Asia-Pasifik cenderung bersikap wait and see menanti keputusan bank sentral China (People Bank of China/PBoC) terkait kebijakan suku bunga acuannya, yang akan diumumkan pada Rabu mendatang.
Sebelumnya pada Jumat pekan lalu, PBoC memutuskan untuk mempertahankan suku bunga utama, meskipun ada ekspektasi bahwa stimulus akan lebih banyak diberikan karena China saat ini masih bergulat dengan Covid-19.
PBoC mengatakan akan mempertahankan suku bunga pinjaman jangka menengah satu tahun di level 2,85%.
Investor di Asia-Pasifik juga masih cenderung mencerna dari data inflasi Amerika Serikat (AS) yang kembali meninggi pada Maret lalu dan juga mengevaluasi rencana pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Sebelumnya pada Selasa pekan lalu waktu AS, Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan laju inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Maret 2022 mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Angka ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,4% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Desember 1981.
Sedangkan inflasi dari sisi produsen (Producer Price Index/PPI) AS pada Maret lalu melompat 11,2% secara tahunan (yoy).
Data IHK dan PPI AS yang naik semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal mendongkrak suku bunga acuan lebih cepat.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed bakal mendongrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemarin Ambruk Berjamaah, Hari Ini Bursa Asia Dibuka Beragam
