
Neraca Perdagangan Surplus 23 Bulan, IHSG Sesi 2 Lanjut Naik?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan ditutup menguat 0,39% di level 7.263,96 pada perdagangan sesi I hari ini, Senin (18/4/2022).
IHSG konsisten bergerak di zona hijau sepanjang sesi I. Bersama dengan penguatan IHSG ada aliran dana asing masuk ke pasar saham. Asing net buy saham-saham domestik sebesar hampir Rp 250 miliar.
Bursa saham kawasan Asia cenderung kurang bergairah siang ini. Hanya IHSG saja yang tampak masih bergerak di zona hijau. Indeks Nikkei Jepang sejak awal perdagangan masih memimpin pelemahan dengan koreksi 1,33%.
Salah satu katalis positif bagi IHSG untuk perdagangan hari ini adalah rilis data perdagangan internasional bulan Maret 2022.
Ekspor dan impor Indonesia menembus rekor pada Maret 2022, alias tertinggi sepanjang sejarah.
Ekspor Indonesia pada Maret 2022 mencapai US$ 26,50 miliar, tumbuh 44,36% secara (year on year/yoy). Komoditas utama yang mendorong ekspor tersebut adalah sektor pertambangan.
Sementara itu nilai impor Indonesia bulan lalu adalah US$ 21,97 miliar. Tumbuh 32,02% dibandingkan Februari 2022 (month-to-month/mtm) dan 30,85% dibandingkan Maret 2021 (year-on-year/yoy).
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus US$ 4,53 miliar. Indonesia sudah membukukan surplus neraca perdagangan sejak April 2020, atau selama 23 bulan terakhir. Ini baru kali pertama terjadi di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Kinerja yang solid dari perdagangan internasional mampu menjadi penggerak IHSG di tengah lesunya bursa saham global hari ini.
Namun setelah menguat di sesi I, bagaimana prospek IHSG di sesi II nanti? Simak ulasan teknikal berikut.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG sesi I dan indikator BB, tampak bahwa indeks cenderung bergerak di rentang level support dan resisten terdekat.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Indikator RSI cenderung tak menunjukkan tanda-tanda penurunan yang signifikan. Terakhir RSI berada di level 60,1 dan belum menunjukkan level jenuh jualnya.
Sementara itu dari sisi indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 membentuk pola berimpit (konvergen) dengan garis EMA 26.
Jika melihat indikator teknikal, tampaknya IHSG akan cenderung terkonsolidasi terlebih dahulu. Indeks berpotensi menguji level support terdekat di 7.233 dan resisten terdekat di 7.294.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
