
Jelang Rilis Data PDB China, Bursa Asia Dibuka Kebakaran!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Senin (18/4/2022), jelang rilis data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama tahun 2022.
Indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,23%, Shanghai Composite China ambruk 1,12%, Straits Times Singapura melemah 0,35%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,46%.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan ASX 200 Australia pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Paskah.
Dari China, data pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2022 akan dirilis pada hari ini pukul 10:00 waktu setempat atau pukul 09:00 WIB.
Konsensus Tradingeconomics memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Panda yang tergambarkan pada Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2022 tumbuh sebesar 4,4%, melanjutkan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 4%.
Data tersebut dirilis saat China masih berjuang melawan gelombang pandemi virus corona (Covid-19) terburuknya dalam dua tahun.
Secara khusus, kota besar Shanghai telah menjadi salah satu daerah yang paling parah mencatatkan kenaikan kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir, hingga kota tersebut masih memberlakukan karantina wilayah (lockdown) hingga hari ini.
Di lain sisi, bursa saham Asia-Pasifik yang cenderung melemah mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada Kamis pekan lalu, karena investor masih mencerna rilis kinerja keuangan perusahaan yang beragam dari bank-bank besar di AS dan meningkatnya kembali inflasi Negeri Paman Sam.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,33% ke level 34.451,23, S&P 500 merosot 1,21% ke 4.392,59, dan Nasdaq Composite ambrol 2,14% ke 13.351,08.
Pergerakan pasar terjadi saat inflasi menjadi pusat perhatian pelaku pasar pekan lalu. Hal ini membuat imbal hasil (yield) Treasury naik lebih tinggi.
Pada Kamis lalu, yield Treasury AS acuan tenor 10 tahun naik kembali ke tertingginya dalam beberapa tahun terakhir, yakni naik sebesar 13 basis poin (bp) ke atas level 2,8%.
Sebelumnya pada Selasa pekan lalu waktu AS, Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan laju inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Maret 2022 mencapai 8,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Angka ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,4% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Desember 1981.
Sedangkan inflasi dari sisi produsen (Producer Price Index/PPI) AS pada Maret lalu melompat 11,2% secara tahunan (yoy).
Data IHK dan PPI AS yang naik semakin memperkuat keyakinan pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal mendongkrak suku bunga acuan lebih cepat.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed bakal mendongkrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.
Sementara itu, penjualan ritel Maret lalu juga dilaporkan meleset dari ekspektasi dengan tumbuh hanya 0,5%, didorong kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), menurut Biro Sensus AS.
Angka itu lebih rendah dari konsensus dalam polling Dow Jones yang memperkirakan angka 0,6%. Di sisi lain, klaim tunjangan pengangguran melompat 185.000 selama sepekan terakhir.
Di lain sisi, kinerja perbankan yang dirilis pada pekan lalu terbukti buruk sebagaimana terlihat dari rilis kinerja keuangan Goldman Sachs dan Wells Fargo per kuartal I-2022. Morgan Stanley memberi kejutan dengan mencetak kinerja yang lebih baik sehingga sahamnya menguat 0,7%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemarin Ambruk Berjamaah, Hari Ini Bursa Asia Dibuka Beragam
