
Untung Ada Mitra BUKA, Meski Rugi Tapi Pendapatan BUKA Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan rintisan (startup) unicorn yang kini sudah menjadi perusahaan publik PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) telah merilis laporan keuangannya untuk tahun 2021. Pendapatan BUKA ternyata mengalami kenaikan cukup tinggi meski rugi bersihnya bertambah.
Di sepanjang tahun 2021, meski rugi bersih BUKA membengkak 24% menjadi Rp 1,67 triliun, Bukalapak berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 1,87 triliun, naik 38% dari pendapatan tahun 2020 yang mencapai Rp 1,35 triliun.
Kenaikan pendapatan BUKA ditopang oleh revenue yang dihasilkan dari segmen bisnis Mitra yang melesat 311% pada 2021 menjadi Rp 818 miliar dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 199 miliar.
Nilai Total Processing Value (TPV) dari segmen Mitra tumbuh 146% menjadi Rp 56,2 triliun pada 2021 dari sebelumnya Rp 22,9 triliun tahun 2020.
Artinya secara monetisasi (take rate) dari segmen Mitra BUKA mencapai 1,45% tahun lalu. Take rate mengalami kenaikan signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya 0,87%.
Mitra memang menjadi sumber pertumbuhan baru bagi BUKA ketika pendapatan dari segmen lain seperti e-commerce yang kalah saing dengan lokapasar lain dan pengadaan justru mengalami penurunan.
Sebagai informasi, Mitra merupakan model bisnis Online to Offline (O2O) yang dikembangkan oleh BUKA sejak 5 tahun terakhir.
Secara sederhana model bisnis O2O yang diterapkan oleh BUKA adalah dengan menyediakan berbagai kebutuhan produk warung dengan harga yang lebih kompetitif sehingga bisa membuat toko kecil seperti warung bisa bertumbuh.
Berbagai produk yang ditawarkan oleh BUKA kepada mitranya antara lain produk grosir, pulsa, paket data, token listrik, BPJS kesehatan, angsuran kredit hingga tiket perjalanan.
Sejak diinisiasi, pertumbuhan bisnis Mitra memang menunjukkan hasil yang positif. BUKA mencatat, jumlah mitra yang aktif hingga 2021 mencapai 4,6 juta atau naik 29% dari 3,6 juta tahun 2020.
Selain jumlah Mitra yang mengalami kenaikan, rata-rata TPV per mitra BUKA juga ikut naik. Berdasarkan presentasi BUKA, rata-rata TPV mitra BUKA pada 2020 hanya Rp 6,4 juta. Namun jumlah tersebut meningkat 90% menjadi Rp 12,2 juta tahun lalu.
Riset yang dipublikasikan oleh DealstreetAsia menuturkan bahwa adanya pandemi Covid-19 dan keberadaan supermarket menjadi tantangan tersendiri bagi usaha kecil seperti pemilik warung.
Namun dengan keberadaan platform O2O, para pemilik warung mengaku diuntungkan. Dari 1.000 pemilik warung yang disurvei dalam riset tersebut, sebanyak 31% telah mengakses platform O2O. Sebanyak 75% yang mengakses O2O mengaku puas.
Lebih lanjut, riset DealstreetAsia menyebut faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pemilik warung adalah aspek efisiensi berupa hemat waktu dan uang, kemudahan transaksi, harga yang kompetitif hingga produk yang lebih beragam.
Keberadaan platform O2O diharapkan menjadi solusi serta mampu mendongkrak daya saing pemilik warung sebagai pelaku usaha UMKM yang memiliki kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIAÂ
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kerugian Bukalapak Setelah IPO Makin Membengkak, Kok Bisa?