Kerugian Bukalapak Setelah IPO Makin Membengkak, Kok Bisa?

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
15 April 2022 09:55
Detik.com
Foto: Detik.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan meraup dana segar Rp 21,9 triliun, perusahaan rintisan (startup) unicorn PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) telah merilis laporan keuangannya untuk tahun 2021. Anehnya, rugi bersih BUKA justru membengkak. Apa yang terjadi?

Di sepanjang tahun 2021, BUKA berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 1,87 triliun, naik 38% dari pendapatan tahun 2020 yang mencapai Rp 1,35 triliun.

Kenaikan pendapatan BUKA ditopang oleh pendapatan yang dihasilkan dari segmen bisnis Mitra Bukalapak yang melesat 284% dari Rp 199 miliar pada 2020 menjadi Rp 765 miliar.

Segmen ini memang menjadi sumber pertumbuhan baru bagi emiten e-commerce yang resmi mencatatkan sahamnya di bursa pada Agustus tahun lalu.

Sementara itu pendapatan BUKA dari segmen marketplace yang paling besar kontribusinya dari total top line cenderung turun. Pendapatan BUKA dari segmen ini turun 5% menjadi Rp 990 miliar pada 2021 dari Rp 1,03 triliun tahun sebelumnya.

Penurunan pendapatan dari segmen marketplace disebabkan oleh persaingan yang semakin ketat di antara para pemain industry e-commerce.

Mengacu pada situs pelacak dan analitik iPrice, rata-rata pengunjung bulanan website BUKA tahun 2021 sebanyak 30 juta. Jumlah pengunjung situs BUKA ini turun 16% jika dibandingkan dengan rata-rata jumlah kunjungan di tahun 2020 yang mencapai 36 juta.

Dengan capaian tersebut BUKA masih menduduki peringkat ketiga di tahun 2021 sama dengan 2020. Namun BUKA menjadi satu-satunya e-commerce yang mengalami penurunan jumlah pengunjung web rata-rata lebih dari 10%.

Sedihnya lagi, rata-rata pengunjung web BUKA terus turun sejak tahun 2021 dimulai. Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, rata-rata pengunjung bulanan BUKA di kuartal I-2021 mencapai 34,2 juta. Kemudian di kuartal II-2021 angkanya turun menjadi 29,5 juta.

Ada perbaikan memang di kuartal III-2021 karena rata-rata pengunjung web berjumlah 30,5 juta. Namun di kuartal IV-2021 justru semakin ambles karena hanya 25,8 juta pengunjung web saja secara rata-ratanya per bulan. Secara tren sebenarnya jumlah pengunjung web BUKA terus menurun.

Cukup memprihatinkan memang ketika industri e-commerce sedang tumbuh pesat, tetapi BUKA seolah kehilangan daya tariknya dan mulai ditinggalkan pelanggan dari sisi jumlah kunjungan yang seharusnya bisa dimonetisasi untuk mendapatkan pendapatan.

Memang secara top line ada pertumbuhan. Namun jika melihat metrik keuangan BUKA berupa Total Processing Value (TPV) yang tumbuh 44% di tahun 2021, kenaikan pendapatan BUKA masih rendah. Ini artinya BUKA belum mampu memanfaatkan potensi monetisasi secara optimal.

Hal tersebut tercermin dari rasio pendapatan terhadap TPV atau boleh disebut sebagai take rate yang justru turun 10 basis poin (bps) dari 1,6% pada 2020 menjadi 1,5% di tahun 2021.

Di sisi lain, beban pokok pendapatan BUKA justru bengkak sampai 258% menjadi Rp 441 miliar tahun lalu dari Rp 123 miliar di 2020. Beban penjualan dan pemasaran BUKA yang kontribusinya paling besar dari biaya operasional juga meningkat 8% menjadi Rp 1,64 triliun. Proporsi pos beban ini terhadap beban operasional naik menjadi 52% di tahun 2021 dari 50% di tahun lalu.

Dari segi rugi usaha memang ada perbaikan karena turun 7% menjadi Rp 1,7 triliun dari Rp 1,8 triliun. Namun dari sisi rugi bersih turun 24%. Hal ini disebabkan karena BUKA sudah tidak mencatatkan manfaat dari pajak di 2021.

Pesaingnya Shopee dan Tokopedia masih bersaing ketat memperebutkan posisi nomor wahid. Jika di tahun 2020 Shopee menjadi jawara, tahun lalu giliran Tokopedia yang menduduki peringkat 1. Kedua startup e-commerce ini berhasil membukukan kenaikan jumlah pengunjung rata-rata bulanan mencapai lebih dari 30%.


(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Punya Kas Bejibun, Intip Potensi Cuan Dari Saham Bukalapak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular