Harga Emas Kian Kinclong dalam Sepekan, Ini Pemicunya

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Sabtu, 16/04/2022 10:10 WIB
Foto: Ilustrasi Perhiasan Emas (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia bergerak menguat sepanjang pekan ini. Harga sang logam mulia diprediksikan akan menyentuh level US$ 2.000/troy ons, apa pemicunya?

Melansir Refinitiv, kemarin, harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 1.974,5359/troy ons, naik tipis 0,05% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya.

Dengan begitu, harga emas berhasil naik 1,47% sepanjang pekan ini. Secara bulanan, harga emas menguat 2,34% dan naik 11,08% secara tahunan.


Seperti yang diwartakan oleh Reuters, para pakar komoditas menilai harga emas dunia dapat naik ke level US$2.000/troy ons dalam waktu dekat karena inflasi Amerika Serikat (AS) yang mencapai 8,5% dan perang antara Rusia dan Ukraina yang jauh dari kata 'damai'.

"Harga emas terus naik untuk pekan kedua beruntun, karena konflik Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung dan upaya kedua negara tersebut untuk damai telah gagal. Indeks Harga Konsumen (IHK) tahunan AS meningkat menjadi 8,5% di bulan Maret untuk pertama kalinya sejak 40 tahun. Harga grosir yang diukur oleh Indeks Harga Produsen (IHP) yang berada di 11,2% secara tahunan. Serta, angka inflasi Inggris bulan Maret mencerminkan tren global inflasi yang lebih tinggi dan tertinggi sejak 30 tahun. Hal tersebut menyebabkan minat beli yang kuat pada emas karena investor mencari perlindungan inflasi melalui aset keras," tutur Kepala Riset Komoditas dan Mata Uang Religare Broking Ltd Sugandha Sachdeva dikutip dari Reuters.

Dia juga menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia dan gas alam juga melonjak secara signifikan pekan ini, di tengah prospek sanksi baru terhadap Rusia yang telah memperburuk ekspektasi inflasi global.

Kendala pasokan yang berkelanjutan, inflasi yang sangat besar, dan geopolitik telah menciptakan awan ketidakpastian yang besar, dan meningkatkan daya tarik safe-haven emas. Memang, emas terus reli meskipun arus masuk terlihat juga dalam dolar AS, yang juga dianggap sebagai aset aman selama masa krisis geopolitik.

Bahkan, pada Kamis (14/4/2022), indeks dolar AS mencapai level psikologis ke 100,78. Sepanjang pekan ini, dolar AS telah naik 0,64% terhadap enam mata uang dunia.

Menurut Senior Analis OANDA, Edward Moya, bahwa indeks dolar AS dapat melanjutkan relinya. Dalam jangka pendek, dolar AS bisa lebih terapresiasi. Dia juga menilai bahwa secara fundamental, emas masih menunjukkan tren bullish, tapi dolar yang lebih kuat dapat membatasi prospek penguatan emas saat ini.

Selain itu, Kepala Strategi Global TD Securities Bar Melek menyatakan bahwa kenaikan pada imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS ikut mendorong performa si greenback dan berpotensi menekan logam mulia.

"Dolar mungkin merupakan faktor terbesar saat ini, jika dolar AS turun kembali ke kisaran level 98-99, maka akan membuat emas lebih mudah menembus harga US$2.000/troy ons," kata Ahli Strategi Pasar RJO Futures Frank Cholly.

Pasar emas juga akan sangat memperhatikan reaksi bank sentral di seluruh dunia terhadap inflasi. Ditambah lagi, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan Bank of England akan segera menggelar pertemuan pada bulan depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel, Saham Emas Kembali Jadi Incaran Pasar