Joss! Rupiah Menguat 0,12% dalam Sepekan

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
16 April 2022 08:20
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan pekan ini. Bahkan, rupiah tetap mampu menguat di tengah gelombang keperkasaan dolar AS di Asia karena potensi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya di bulan depan.

Sepanjang minggu ini, rupiah membukukan penguatan 17 poin atau 0,12% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Rupiah mengakhiri pekan di posisi Rp 14.343/US$.

Melansir Refinitiv, secara year-to-date, Mata Uang Garuda memang masih melemah terhadap dolar AS sebanyak 0,6%. Namun, di Asia, rupiah menjadi juara ketiga untuk performa terbaik. Rupiah hanya kalah dengan yuan China dan dolar Singapura yang pelemahannya lebih sedikit terhadap dolar AS, masing-masing sebesar 0,3% dan 0,5%.

Padahal, indeks dolar AS pada hari Kamis (14/4) sempat mencapai level tertingginya hingga menyentuh level 100,78. Bahkan, sepanjang pekan ini, dolar AS telah naik 0,64% terhadap enam mata uang dunia.

Penguatan Mata Uang Ibu Pertiwi pekan ini, tampaknya dibantu oleh aliran dana asing karena investor asing masih rajin memborong saham di Bursa Efek Indonesia.

Selama sepekan ini, investor asing mencatatkan nilai beli bersih (net buy) mencapai Rp 5,29 triliun. Sepanjang 2022, nilai beli bersih investor asing mencapai Rp 41,36 triliun.

Selain itu, pasar saham RI, dalam hal ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), berhasil menorehkan kinerja ciamik pekan ini.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), selama perdagangan periode 11-14 April 2022 atau sepanjang pekan ini, IHSG bergerak menguat 0,34% secara point-to-point. IHSG pun mencatatkan penguatan selama lima pekan beruntun.

Bahkan, IHSG terus mencetak rekor barunya (all time high/ATH) dalam lima pekan terakhir, di mana level tertinggi terakhir IHSG berada di level penutupan perdagangan Kamis kemarin.

Pada Rabu (13/4), Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati juga memberikan pernyataan bahwa pemerintah memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 akan tetap berada dalam rentang 4,5% - 5,2%. Meskipun, angka inflasi Indonesia naik dan berada di 2,6% secara tahunan dan 0,6% secara bulanan. 

Bank Indonesia (BI) masih optimis inflasi Indonesia tahun ini akan berkisar di 2%-4%, dan belum  menaikkan suku bunga acuan seperti The Fed dan Bank of England yang terang-terangan memberi pernyataan akan menaikkan suku bunga acuannya mulai bulan depan.

BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 3,5% hingga adanya kenaikan lanjutan pada inflasi Indonesia. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa BI tidak sembarangan dalam merespon inflasi. Dia juga menambahkan bahwa apa yang akan direspons oleh MH Thamrin adalah inflasi yang sifatnya fundamental, yang dicerminkan dengan inflasi inti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular