
Jokowi Rajin Bangun Jalan Tol, Tapi Ujung-Ujungnya Dijual?
Belum lama ini salah satu emiten konstruksi, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) telah merampungkan restrukturisasi utang perusahaan. Pada akhir September tahun lalu, sebanyak 21 bank telah sepakat untuk merestrukturisasi utang WSKT, di mana bank-bank tersebut memberikan keringanan berupa perpanjangan tenor hingga lima tahun ke depan dengan tingkat bunga yang kompetitif.
Selain itu upaya penyehatan likuiditas perusahaan juga dilakukan dengan menjual aset perusahaan berupa kepemilikannya di jalan tol Cibitung senilai Rp 2,44 triliun. Lebih dari itu, Waskita menegaskan akan mendivestasikan seluruh aset jalan tolnya hingga 2025 mendatang.
Rencana divestasi ini karena pembangunan jalan tol menimbulkan beban utang yang besar bagi perusahaan. Utang yang ditimbulkan oleh investasi jalan tol ini setidaknya mencapai Rp 53 triliun hingga Rp 54 triliun.
Selain itu dalam upaya perbaikan likuiditas Waskita baru-baru ini juga telah melakukan penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue.
Akan tetapi perusahaan tercatat hanya mampu menyerap Rp 9,44 triliun, dari target senilai Rp 11,93 triliun. Partisipasi publik tercatat hanya 62%, dengan pemerintah mengambil seluruh haknya.
Selain Waskita, lima Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sektor Konstruksi lain juga berencana untuk melakukan monetisasi atas persediaan properti yang dimilikinya. Langkah ini dilakukan dengan menggandeng PT Danareksa (Persero) sebagai konsultan utama dalam program penjualan tersebut.
Langkah ini dilakukan untuk mempercepat peningkatan kinerja BUMN di sektor ini pasca pandemi dan dalam rangka transformasi perusahaan selama dua tahun ke depan sejalan dengan arahan Menteri BUMN.
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan anak usahanya menawarkan para investor untuk berinvestasi pada 17 properti yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia yang terdiri dari lahan, unit apartemen, dan rumah tapak.
Sedangkan PT PP Tbk (PTPP) akan melepas 19 aset propertinya yang merupakan milik anak usahanya PT PP Properti Tbk (PPRO) dan PT PP Urban.
Terdapat 19 aset properti yang terdiri dari high rise building (student apartment, premium apartment hingga low-medium apartment) dan lahan kosong (landed) dengan total luasan area sebesar 46,1 hektar.
PT Hutama Karya (Persero) juga terlibat dalam proses tersebut, rencananya sebanyak tujuh aset persediaan di beberapa lokasi akan dilepas.
Aset tersebut dalam bentuk lahan siap bangun hingga bangunan vertikal, di mana salah satu di antaranya merupakan hunian mixed-used yang terintegrasi dengan transportasi publik dan jalan tol.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(vap)[Gambas:Video CNBC]
