
Dolar AS Sedang "Lelah", Rupiah Sukses Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (14/4/2022). Meski demikian, sama dengan sebelumnya pergerakan rupiah tipis tipis saja.
Indeks dolar AS yang merosot membuat rupiah langsung menguat 0,06% ke Rp 14.354/US$ di pembukaan perdagangan hari ini. Sepanjang perdagangan, rupiah tidak pernah menyentuh zona merah, bahkan apresiasi sempat bertambah menjadi 0,15% ke Rp 14.340/US$, sebelum menutup perdagangan di Rp 14.343/US$, menguat 0,13%.
Tanda-tanda rupiah akan menguat sudah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat sore ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi ini.
Periode | Kurs Kamis (14/4) pukul 8:56 WIB | Kurs Kamis (14/4) pukul 14:58 WIB |
1 Pekan | Rp14.259,8 | Rp14.249,7 |
1 Bulan | Rp14.365,0 | Rp14.354,0 |
2 Bulan | Rp14.378,0 | Rp14.367,0 |
3 Bulan | Rp14.391,0 | Rp14.380,0 |
6 Bulan | Rp14.467,0 | Rp14.456,0 |
9 Bulan | Rp14.557,0 | Rp14.551,0 |
1 Tahun | Rp14.681,4 | Rp14.675,5 |
2 Tahun | Rp14.972,0 | Rp14.971,0 |
Indeks dolar AS akhirnya ambrol 0,42% kemarin setelah terus menanjak hingga ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir. Sore ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut kembali turun 0,2% ke 99,67.
Penurunan tersebut terjadi selain akibat profit taking, juga karena ada bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang akan mengumumkan kebijakan moneter hari ini.
ECB selama ini menjadi salah satu bank sentral utama yang paling kalem meski inflasinya di zona euro juga melesat tinggi. Presiden ECB, Christine Lagarde, mengatakan masih punya "ruang ekstra" sebelum menaikkan suku bunga.
Tetapi jika ECB memberikan kejutan hari ini, maka euro berpeluang terus menguat dan indeks dolar AS menurun. Penurunan tersebut bisa dimanfaatkan rupiah untuk menguat.
Selain itu, meski bank sentral AS (The Fed) akan agresif menaikkan suku bunga, pelaku pasar justru mengurangi posisi spekulatif dolar AS.
Berdasarkan data Commodity Futures Trading Commission (CFTC) yang dirilis Jumat pekan lalu.
Data tersebut menunjukkan pada pekan yang berakhir 5 April posisi beli bersih (net long) dolar AS mengalami penurunan nyaris US$ 2 miliar menjadi US$ 14,13 miliar.
Penurunan tersebut merupakan yang pertama setelah naik selama 5 pekan.
Posisi spekulatif tersebut merupakan dolar AS melawan yen Jepang, euro, poundsterling, franc, dolar Kanada serta dolar Australia.
Berkurangnya posisi spekulatif tersebut menjadi indikasi meski The Fed akan agresif menaikkan suku bunga, tetapi sebagian pelaku pasar melihat dolar AS tidak akan menguat terlalu jauh.
Di sisi lain, penopang penguatan rupiah di tahun ini, aliran modal asing di pasar saham, juga ada peluang akan berlanjut di kuartal II-2022.
Bank DBS merilis insight investasi untuk kuartal II-2022 pada Rabu (13/4/2022) kemarin. Dalam rilis yang berjudul Anchor in The Storm tersebut, DBS menurunkan proyeksi bursa saham Eropa menjadi underweight di kuartal II-2022 dari sebelumnya overweight.
Sebaliknya bursa saham Asia diluar bursa Jepang pada kuartal I-2022 menjadi label underweight, kini berubah menjadi overweight.
Melihat proyeksi DBS tersebut, ada peluang Indonesia akan kembali "kebanjiran" duit asing yang terbang dari Eropa.
Sejak perang Rusia dengan Ukraina pecah mulai 24 Februari lalu, bursa saham Eropa mengalami capital outflow yang masif.
Berdasarkan data Emerging Portfolio Fund Research (EPFR) sebagaimana dilansir Market Insider terjadi capital outflow sebesar US$ 23,4 miliar sekitar Rp 335 triliun dari pasar saham Eropa Timur beberapa pekan setelah perang terjadi.
Duit yang terbang dari Barat tersebut tentunya mencari tempat "berkembang biak" yang baru, dan negara di Timur, yang jauh dari konflik dan minim eksposur ke Rusia menjadi salah satu pilihannya.
Pasar saham Indonesia pun banjir duit asing. Data menunjukkan sepanjang tahun ini investor asing melakukan aksi beli bersih lebih dari Rp 41 triliun di pasar reguler, tunai dan nego.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Gembira di Awal 2023, Rupiah Siap Ngegas!
