
Kurs Dolar Singapura Terbang Tinggi! Gegara Kebijakan MAS Nih

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat tajam melawan rupiah pada perdagangan Kamis (14/4/2022) setelah Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) mengetatkan kebijakan moneternya.
Pada pukul 10:32 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran 10.602/SG$, melesat 0,6% di pasar spot melansir data Refinitiv. Level tersebut berada di dekat level tertinggi sejak awal Maret lalu.
Sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar, MAS hari ini mengumumkan merubah titik tengah (centre) menjadi lebih tinggi, dan sedikit menaikkan slope.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).
Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
Sebelumnya MAS sudah menaikkan slope sebanyak dua kali pada Oktober 2021 dan Januari tahun ini. Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Pengetatan kebijakan tersebut dilakukan untuk meredam inflasi yang terus menanjak.
Sebaliknya Bank Indonesia sekali lagi menegaskan belum akan menaikkan suku bunga sampai inflasi naik secara fundamental.
Gubernur BI Perry Warjiyo masih optimis inflasi tahun ini tetap terkendali, dan berkisar pada asumsi semula, yaitu 2-4%, sekalipun kini harga barang dan jasa terus naik.
"Sejauh ini kami masih confident inflasi masih bisa terjaga 2-4%," ungkap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (13/4/2022).
Perry sekali lagi menegaskan jika kebijakan moneter BI, terutama suku bunga tidak akan merespon first round impact dari kenaikan harga saat ini.
Hingga Maret 2022, berdasarkan Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia sudah mencapai 2,6% secara tahunan (year on year/yoy), dan inflasi inti tumbuh 2,37% (yoy).
Sikap dovish tersebut tentunya berlawanan dengan tren global yang terjadi saat ini, di mana bank sentral mulai mengerek suku bunga guna meredam kenaikan inflasi. Apalagi bank sentral AS (The Fed) yang akan sangat agresif menaikkan suku bunga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Pagi Jeblok Siang Naik, Ini Penyebabnya!
