
Ditinggal Lo Kheng Hong, Laba Mitrabahtera Meroket

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pelayaran PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk (MBSS) sukses mencatatkan laba di tahun 2021 setelah mengalami kerugian di tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan audit yang dirilis perseroan pada 7 April 2022, MBSS berhasil mencetak laba sebesar US$ 12,14 juta hingga akhir tahun 2021 atau kenaikan sebesar 181%.
Nilai tersebut berbalik dari tahun 2020 yang mencatatkan kerugian senilai US$ 14,98 juta. Lantas apa yang menyebabkan mengapa laba bersih emiten shipping yang dulunya dimiliki oleh PT Indika Energy Tbk (INDY) ini bisa melesat tajam?
Dalam kasus MBSS sebagai emiten penyedia jasa kapal angkut batu bara ini, pembalikan dari kerugian menjadi laba disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah kenaikan pendapatan dan yang kedua adalah penurunan beban biaya.
Pendapatan MBSS tahun lalu tercatat mencapai US$ 73,41 juta atau naik 34% secara year on year (yoy) dari tahun 2020 yang hanya mencapai US$ 54,86 juta.
Peningkatan top line perusahaan yang fantastis tersebut diakibatkan oleh kenaikan harga komoditas batu bara dan peningkatan permintaan terhadap bahan bakar yang satu ini.
Harga batu bara yang naik dibarengi dengan peningkatan volume permintaan membuat industri jasa pelayaran juga mendapatkan berkah, MBSS menjadi contohnya.
Kemudian dari sisi beban, sebenarnya direct cost yang ditanggung oleh perusahaan juga meningkat. Namun kenaikan beban langsung hanya sebesar 14% yoy dari US$ 50,98 juta pada 2020 menjadi US$ 58,22 juta tahun lalu.
Peningkatan beban langsung sebesar US$ 7,24 juta tersebut paling banyak dikontribusikan oleh kenaikan biaya bahan bakar. MBSS mencatat beban langsung yang timbul dari pemakaian bahan bakar naik dari US$ 7 juta pada 2020 menjadi US$ 13 juta.
Beban pada bahan bakar naik US$ 6 juta pada 2021 atau hampir 2x dari beban di tahun 2020. Kenaikan beban ini juga berkontribusi sebesar 83% dari total beban langsung.
Harap maklum karena harga minyak sebagai bahan bakar untuk angkutan dan transportasi juga naik signifikan sepanjang tahun 2021.
Sebagai gambaran, rata-rata harga minyak mentah Brent di pasar internasional pada 2020 mencapai US$ 43/barel. Namun rata-rata harga minyak mentah acuan dunia ini di sepanjang 2021 mencapai US$ 71/barel, wajar jika perusahaan jasa angkutan mengalami kenaikan beban biaya.
Namun peningkatan pendapatan masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan beban biaya sehingga membuat laba kotor MBSS melonjak sampai hampir 4x. Di tahun 2021, laba kotor MBSS mencapai US$ 15,19 juta, naik 291% yoy dari 2020 yang hanya sebesar US$ 3,88 juta.
Kemudian dari sisi beban biaya operasional, bunga hingga pajak secara kumulatif yang harus ditanggung oleh MBSS juga menyusut drastis dari US$ 18,86 juta menjadi US$ 3,05 juta. Beban biaya turun 84% yoy, fantastis!
Kalau diperhatikan secara cermat, ada pos yang mencolok sehingga membuat beban biaya susut tajam. Pada pos pembalikan (penambahan) penurunan nilai aset-bersih, MBSS mencatatkan minus US$ 6 juta pada 2020. Namun tahun lalu pos ini berubah menjadi positif sebesar US$ 5,69 juta.
Pembalikan ini diakibatkan oleh faktor grup yang mengakui kerugian penurunan nilai kapal pada 31 Desember 2021 sebesar nihil. Kalaupun pos ini dihilangkan dari perhitungan laba rugi, MBSS masih tetap mencatatkan keuntungan sebesar US$ 6,45 juta pada 2021. Berikut rincian laba rugi MBSS dalam satuan US$ juta.
Laba Rugi (US$ Juta) | 2021 | 2020 |
Pendapatan | 73.41 | 54.86 |
Beban Langsung | -58.22 | -50.98 |
Laba Kotor | 15.19 | 3.88 |
Total Expense | -3.05 | -18.86 |
Profit | 12.14 | -14.98 |
Selain perbaikan dari sisi laba rugi, MBSS juga mencatatkan penurunan liabilitas yang drastis. Total liabilitas MBSS susut sebesar US$ 29,52 juta atau turun 77,6% yoy per 31 Desember 2021.
Penurunan tersebut diakibatkan oleh pelunasan pinjaman bank selama tahun berjalan sebesar US$ 30 juta dan juga penurunan utang usaha total sebesar US$ 3,81 juta. Dengan penurunan liabilitas jangka pendek yang sangat signifikan, rasio likuiditas perusahaan pun terdongkrak dan membaik.
Menurut kalkulasi Tim Riset CNBC Indonesia, rasio lancar (current ratio) yang membandingkan antara aset lancar dengan kewajiban lancar pada 2021 menjadi 7,43x naik tajam dari 2020 yang hanya sebesar 2,11x.
Perbaikan kinerja yang sudah tercermin sejak laporan keuangan kuartalan MBSS turut menjadi katalis positif untuk harga sahamnya pasca dilepas investor kawakan Lo Keng Hong (LKH) kepada pengendali saat ini PT Galley Adhika Arnawama di harga Rp 660/unit.
Prospek harga komoditas yang tetap tinggi ditopang oleh permintaan terhadap batu bara yang masih diprediksi tetap tinggi tahun ini juga menjadi katalis positif lain yang mendorong harga sahamnya naik 37% sepanjang tahun berjalan ke level Rp 1.205/unit. Ini artinya MBSS sudah naik hampir 2 kali lipat setelah di tinggal LKH.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000