Bursa Asia Dibuka Beragam, Nikkei Menguat Tapi Hang Seng Lesu

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 April 2022 08:50
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, July 10, 2019. Asian shares were mostly higher Wednesday in cautious trading ahead of closely watched congressional testimony by the U.S. Federal Reserve chairman. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka beragam dengan mayoritas menguat pada perdagangan Rabu (13/4/2022), di mana investor sepertinya cenderung tidak terlalu mengkhawatirkan dari tingginya kembali inflasi Amerika Serikat (AS) pada Maret lalu. 

Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,37%, ASX 200 Australia naik 0,1%, Straits Times Singapura melaju 0,37%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,4%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,67% dan Shanghai Composite China terkoreksi 0,5%.

Data perdagangan China, termasuk data ekspor dan impor akan dirilis pada hari ini pukul 11:00 waktu setempat atau pukul 10:00 WIB.

Cenderung menguatnya bursa Asia-Pasifik pada hari ini terjadi di tengah koreksinya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin waktu setempat, karena meningginya kembali inflasi AS pada periode bulan lalu, yakni Maret 2022.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,26% ke level 34.220,359, S&P 500 terkoreksi 0,34% ke 4.397,45, dan Nasdaq Composite terpangkas 0,3% ke posisi 13.371,57.

Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan laju inflasi pada Maret 2022 mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Angka ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 8,4% sekaligus jadi rekor tertinggi sejak Desember 1981.

"Mengembalikan inflasi ke target 2% adalah tugas paling penting bagi bank sentral. Soal secepat apa kenaikan suku bunga acuan, saya tidak ingin fokus pada hal itu," kata Lael Brainard, Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), dalam wawancara bersama Wall Street Journal, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Pasar memandang komentar Brainard ini sebagai sesuatu yang agresif atau hawkish. The Fed sepertinya akan serius untuk memerangi inflasi AS yang masih meninggi dan terus berupaya untuk meredamnya.

"Pernyataan Brainard lebih hawkish dari perkiraan pasar. Brainard memberi pernyataan tanpa naskah, yang artinya lebih tegas. The Fed tidak akan santai, mereka akan bergerak cepat," kata Paul Nolte, Porfolio Manager di Kingsview Asset Management yang berbasis di Chicago, seperti dikutip dari Reuters.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed bakal mendongkrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.

Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS ikut terkerek dan bertahan di level tinggi.

Pada pukul 04:20 WIB, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) berada di 2,727%, meski pada perdagangan Selasa sore sekitar pukul 16:16 WIB sempat menyentuh kisaran level 2,8%.

Kenaikan yield membuat pasar surat utang pemerintah Negeri Adidaya menjadi sangat 'seksi'. Akibatnya, arus dana yang mengalir ke pasar saham menjadi seret.

Meski begitu, ada spekulasi bahwa inflasi Negeri Paman Sam sudah mencapai titik tertingginya dan berangsur bakal melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular