
Data Inflasi AS Ditunggu, Yield Mayoritas SBN Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (12/4/2022), karena investor masih menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Maret 2022.
Mayoritas investor cenderung kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor. Hanya SBN bertenor 3 tahun yang kembali ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.
Yield SBN bertenor 3 tahun turun 2,1 basis poin (bp) ke level 3,704% pada perdagangan hari ini.
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 4,2 bp ke level 6,876% pada perdagangan hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Fokus investor global termasuk di Indonesia pada hari ini tertuju pada rilis data inflasi AS periode Maret lalu, di mana pelaku pasar memprediksi inflasi Negeri Paman Sam pada bulan lalu kembali melonjak.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS pada bulan lalu mencapai 8,5% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021 (year-on-year/yoy). Kalau terwujud, maka akan menjadi yang tertinggi sejak 1981.
Inflasi yang berpotensi kembali meninggi membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berpotensi semakin agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan The Fed bakal mendongkrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.
Hal ini membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun kembali menanjak dan menyentuh rekor tertingginya sejak Desember 2018.
Pada hari ini pukul 16:16 WIB, yield Treasury tenor 10 tahun makin menanjak dan kini berada di level 2,813%. Namun pada pukul 17:35 WIB, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung menurun ke level 2,79%, dilansir dari CNBC International.
Kenaikan inflasi dan sikap The Fed yang semakin hawkish telah menimbulkan kekhawatiran investor bahwa resesi mungkin saja akan terjadi kembali, seperti yang terlihat pada inversi (inverted) yield Treasury berjangka pendek dengan jangka panjang.
Investor telah menjual Treasury jangka pendek demi utang jangka panjang, menunjukkan kekhawatiran mereka tentang kekuatan ekonomi AS dalam jangka pendek, meskipun yield Treasury sudah kembali melandai pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi