Bursa Asia Dibuka Mixed, Nikkei Merosot, Tapi Hang Seng Hijau

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Selasa, 12/04/2022 08:42 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Selasa (12/4/2022), di mana investor terus memantau perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di China.

Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka menguat 0,58% dan Shanghai Composite China naik tipis 0,06% pada perdagangan hari ini.

Sedangkan indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,71%, ASX 200 Australia turun 0,11%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,42%, dan KOSPI Korea Selatan terpangkas 0,44%.


Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizationa/WHO) mengatakan pada Senin bahwa mereka sedang memantau perkembangan pandemi Covid-19 di China.

Para pejabat setempat telah berjuang melawan lonjakan kasus Covid-19. Kota Shanghai telah menyumbang sebagian besar kasus baru Covid-19 di China, sehingga hingga kini, Shanghai masih diberlakukan karantina wilayah (lockdown), di mana lockdown tersebut seharusnya sudah berakhir pekan lalu.

Di lain sisi, investor di Asia-Pasifik juga memantau data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Maret 2022 yang akan dirilis pada Selasa waktu AS.

Dari AS, bursa sahamnya yakni Wall Street kembali ambruk karena investor memfokuskan perhatiannya ke pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) yang terus menanjak dan menembus rekor baru.

Indeks Dow Jones ditutup ambles 1,19% ke level 34.308,078, S&P 500 ambruk 1,69% ke 4.412,53, dan Nasdaq Composite anjlok 2,18% ke posisi 13.411,96.

Pada pukul 01:55 WIB, yield Treasury tenor 10 tahun berada di 2,7801%. Level ini merupakan rekor tertinggi sejak awal 2019.

Kenaikan yield membuat pasar surat utang pemerintah Negeri Paman Sam menjadi sangat 'seksi'. Akibatnya, arus dana yang mengalir ke pasar saham menjadi seret.

Ekspektasi akan tren suku bunga tinggi membuat yield obligasi terus menanjak. Pasar semakin yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bakal agresif dalam menaikkan suku bunga acuan untuk mengekang inflasi.

Pada Selasa pagi waktu AS atau Rabu malam waktu Indonesia, Departemen Ketenagakerjaan AS akan merilis data inflasi periode Maret 2022.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi AS bulan lalu mencapai 8,5% dibandingkan periode yang sama pada 2021 (year-on-year/yoy). Kalau terwujud, maka akan menjadi yang tertinggi sejak 1981.

The Fed sepertinya akan 'lebih keras; soal kenaikan bunga acuan. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Ketua, Jerome Powell dan rekan-rekannya bakal mendongrak Federal Funds Rate sebanyak 2,5 poin persentase pada tahun ini. Jika terwujud, maka akan menjadi yang pertama sejak 1994.

"Dengan pernyataan dari para pejabat The Fed serta tekanan inflasi yang semakin nyata, kami memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan masing-masing 50 basis poin pada Mei, Juni, dan Juli," sebut James Knightly, Chief International Economist ING, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel