Sederet Tugas Berat Menanti Bos OJK Baru
Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru sudah terpilih dan tidak lama lagi akan dilantik. Pucuk tertinggi diduduki oleh Mahendra Siregar bersama wakilnya Mirza Adityaswara.
Jajaran ini diharapkan bisa bekerja cepat memenuhi ekspektasi masyarakat dalam menyelesaikan berbagai persoalan di sektor keuangan. Termasuk mengenai merebaknya tuyul digital pada industri keuangan non bank (IKNB).
Eisha M Rachbini, ekonom INDEF menjelaskan, OJK harus mengambil peran dalam meningkatkan literasi digital dan keuangan masyarakat. Teknologi kini berkembang cepat, sementara tidak seluruh masyarakat bisa memanfaatkan hal tersebut. Terutama dalam menyaring informasi.
"Perlu meningkatkan literasi keuangan masyarakat yang masih rendah yang hanya 38%. Dari 100 orang hanya 38 orang yang memiliki kemampuan literasi pr1/5oduk keuangan yang baik. Paham terhadap produk, manfaat dan risiko produk-produk keuangan," jelas Eisha kepada CNBC Indonesia, Senin (11/5/2022).
OJK harus merangkul pemangku kebijakan lainnya, baik regulator maupun dunia usaha agar literasi bisa ditingkatkan lebih cepat. Termasuk juga dalam mengantisipasi munculnya kejahatan di sektor keuangan.
Menurut Izzuddin Al Faraz, ekonom INDEF, literasi digital Indonesia dibandingkan negara-negara G20 berada pada peringkat 12. Peringkat literasi produk keuangan pada posisi 38 namun peringkat inklusi keuangan pada posisi 73. Artinya masih perlu banyak pembenahan lintas sektor.
Ada tiga aspek dalam literasi yang patut dikembangkan, yaitu Legal, Learn, Logic. Legal menyangkut aspek hukum dan sahnya produk atau institusi fintech. Learn, aspek pemahaman di mana masyarakat harus lebih memahami produk keuangan digital, manfaat dan risiko produk keuangan. Logic, soal logis tidaknya produk yang menawarkan laba sekian ratus persen dalam waktu singkat.
"Hal-hal itu sayangnya yang tidak diketahui masyarakat. Kelemahan riset mendalam terhadap produk keuangan juga menjadi salah titik lemah," pungkasnya.
(mij/mij)