
Akhir Pekan Bursa Asia Sumringah, Kecuali STI

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup cerah pada perdagangan Jumat (8/4/2022), di mana investor masih mengevaluasi rencana kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS) dan berita terbaru di Ukraina serta perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di China.
Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,36% ke level 26.985,8, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,29% ke 21.872,01, Shanghai Composite China tumbuh 0,47% ke 3.251,85, ASX 200 Australia melaju 0,47% ke 7.478, KOSPI Korea Selatan naik 0,17% ke 2.700,39, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 1,17% ke posisi 7.210,835.
Sementara untuk indeks Straits Times Singapura pada perdagangan akhir pekan ini ditutup melemah 0,62% ke level 3.383,28.
Meski indeks Hang Seng dan Shanghai menghijau, tetapi investor di China kembali memantau perkembangan Pandemi Covid-19.
Sebelumnya, pemerintah kota Shanghai melaporkan sebanyak 20.398 kasus baru Covid-19 tanpa gejala dan 824 kasus baru yang bergejala pada Kamis kemarin. Shanghai hingga saat ini masih menerapkan karantina wilayah (lockdown) ketat dalam upaya mengekang penyebaran Covid-19.
"Sentimen jangka pendek [untuk saham China] dapat tetap terkendali mengingat pertemuan hambatan makro, penyebaran omicron, ketidakpastian likuiditas global dan kekhawatiran ketegangan AS-China," kata Morgan Stanley, dikutip dari CNBC International.
Investor di Asia-Pasifik juga masih mengevaluasi rencana kebijakan moneter dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), di mana The Fed berpotensi semakin agresif untuk melawan inflasi yang tinggi.
Pergerakan pasar yang volatil beberapa hari terkahir terjadi mengiringi munculnya sinyal bahwa para pejabat The Fed berencana mengurangi triliunan kepemilikan obligasi mereka dengan jumlah konsensus sekitar US$ 95 miliar.
Pejabat The Fed secara umum setuju bahwa akan melepas obligasi senilai US$ 60 miliar dan efek beragun aset (EBA) senilai US$ 35 miliar secara bertahap dan kemungkinan akan dimulai pada Mei. Sementara itu, kenaikan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin dapat dipastikan akan terjadi untuk memerangi lonjakan inflasi.
Di lain sisi, investor juga terus memantau perkembangan terbaru dari konflik Rusia-Ukraina-Negara Barat-Uni Eropa yang terus berlarut-larut.
Kongres AS telah memilih untuk mencabut status perdagangan Rusia dan melarang impor minyak dan gas, serta melarang semua investasi baru ke negara itu, dan juga memberikan sanksi kepada putri Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah laporan penyiksaan terhadap warga sipil Ukraina oleh pasukan Rusia.
Kekejaman itu menuai kecaman dari anggota G-7, yang memilih untuk mengeluarkan Rusia dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba bertemu dengan para pemimpin G-7 dan NATO di Brussel, Belgie untuk membahas pasokan senjata ke Ukraina.
Uni Eropa telah menyetujui sanksi baru terhadap Rusia, termasuk embargo penting atas impor batu bara Rusia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
