Bak Roller Coaster, Dolar Australia Makin Jauh dari Rp 11.000

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 April 2022 13:25
FILE PHOTO: Australian dollars are seen in an illustration photo February 8, 2018. REUTERS/Daniel Munoz/File Photo
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia bergerak seperti roller coaster lagi di pekan ini. Sempat melesat hingga nyaris menyentuh Rp 11.000/AU$, dalam dua hari terakhir justru berbalik merosot.

Bank sentral Australia (RBA) yang mengumumkan kebijakan moneter Selasa lalu membuat mata uangnya menyentuh Rp 10.989/AU$ level tertinggi sejak Juni 2021 lalu.
Sebabnya, RBA membuka peluang kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, RBA di bawah pimpinan Philip Lowe masih mempertahankan suku bunga acuannya di rekor terendah 0,1%. Tetapi sikap RBA sudah mulai berubah, Lowe tidak lagi menggunakan kata "sabar".

"Dalam beberapa bulan ke depan, bukti tambahan penting akan tersedia bagi dewan gubernur naik itu inflasi dan perubahan biaya tenaga kerja. Dewan gubernur akan menilai bukti-bukti tersebut dan informasi lainnya untuk menetapkan kebijakan moneter," kata Lowe sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (5/4/2022).

Sebelumnya di awal tahun ini RBA menyatakan akan bersabar untuk menaikkan suku bunga dan membiarkan inflasi stabil dalam target 2% - 3%.

Para analis pun melihat RBA akan agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini. Beberapa bank besar masih mempertahankan proyeksi kenaikan suku bunga pertama akan dilakukan di bulan Juni, dan akan menjadi kenaikan suku bunga pertama dalam 10 tahun terakhir.

Tidak hanya itu, RBA juga diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga di sisa tahun ini hingga tahun depan. Sebagaimana dilansir 9 News, bank besar di Australia memprediksi suku bunga akan mencapai 1,5% di akhir 2023.

Meski demikian, laju kenaikan dolar Australia akhirnya terhenti dan malah jeblok 0,8% pada hari Rabu dan berlanjut 0,4% kemarin.

Sementara pada perdagangan hari ini Jumat (8/4/2022) pukul 11:46 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.740/AU$ stagnan dari posisi penutupan kemarin.


Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan cadangan devisa di bulan Maret turun cukup besar, US$ 2,3 miliar menjadi US$ 131,9 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut merupakan yang terendah sejak Juli 2021.

Menurut BI salah satu penyebab penurunan cadangan devisa yakni pembayaran utang pemerintah. Sejak pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) melanda, yang pemerintah memang terus meningkat.

Sementara hari ini BI melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di 111 pada Maret 2022. Indeks di atas 100 menandakan konsumen masih optimistis dalam memandang perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.

Akan tetapi, optimisme tersebut terpantau turun. Sebab pada Februari 2022, IKK tercatat 113,1.

Penurunan cadangan devisa dan IKK tersebut membuat rupiah kurang bertenaga pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular