Prodia Pede Tak Bergantung Pada Pendapatan dari Layanan Covid

Lalu Rahadian, CNBC Indonesia
Kamis, 07/04/2022 15:15 WIB
Foto: Gedung Prodia Bekasi.

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) mengaku tidak terlalu bergantung pada pendapatan layanan yang terkait pandemi Covid-19. Akan tetapi, perusahaan menyebut sempat terdampak kebijakan pemerintah yang menurunkan harga tes Covid-19 sejak pertengahan 2021 lalu.

Direktur Prodia Indriyanti Rafi S berkata, sepanjang 2021 pemasukan PRDA yang berasal dari layanan terkait pandemi-seperti tes antigen, PCR, atau antibodi-hanya mencapai 16% dari total pendapatan. Nilainya setara Rp 425,3 miliar.

"Dengan menurunnya kasus Covid-19 dirasakan dampaknya mulai kuartal IV/2021. Sebetulnya Prodia dari 2021 kami fokus kepada pemeriksaan non-Covid, karena kami percaya pemerintah di 2021 akan sukseskan terkait vaksinasi," kata Indriyanti dalam konferensi pers, Kamis (7/4/2022).


Tren penularan Covid-19 yang makin menurun membuat Prodia tidak menjadikan segmen pemeriksaan terkait pandemi sebagai fokus kerja perseroan pada 2022. Untuk tahun ini, Prodia memilih fokus melakukan digitalisasi layanan dan memanfaatkan data pelanggan yang sudah terkumpul.

Indriyanti berkata, saat ini PRDA sudah memiliki data sekitar 6 juta pelanggan perseroan. Data ini akan dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas dan pendapatan PRDA ke depan.

"Kami akan fokus di digitalisasi karena kami lihat dengan adanya pandemi maka digitalisasi meningkat sangat cepat. Selama 2021 peningkatan revenue dari digital meningkat. Kami sudah memiliki mobile apps yang masuk versi ketiga dan bisa mendapatkan kemudahan bagi pelanggan bertransaksi. Kami juga kembangkan, baru launching, Prodia for Doctors," katanya.

Pada saat yang sama Direktur Utama PRDA Dewi Muliaty berkata, pendapatan perusahaan turut terdampak kebijakan kontrol harga tes Covid-19. Akan tetapi, Dewi tidak merinci berapa besar dampak yang dirasakan PRDA atas kebijakan itu.

"Pendapatan turun ketika harga tes diturunkan? Sudah pasti. Jadi memang mengalami penurunan sekalipun tes meningkat sedikit seperti di Omicron kemarin. Tapi karena fokus kami bukan di sana kami berupaya dapatkan pendapatan lain dari tes non-Covid," ujar Dewi.

Pada 2022, PRDA menargetkan pertumbuhan pendapatan bisa mencapai minimal 9% secara tahunan. Kemudian, pertumbuhan laba diharap lebih tinggi dari kenaikan pendapatan.

"Kami tetapkan (target pertumbuhan pendapatan) minimum di 2 kali pertumbuhan ekonomi Indonesia, semoga tidak ada gejolak inflasi dan persoalan tantangan yang lain sehingga target bisa dicapai. Untuk laba, pertumbuhan harapannya lebih tinggi dibanding pertumbuhan revenue itu atau dibanding tahun sebelumnya. EBITDA kami tetapkan minimum tumbuh 50 bps," ujarnya.


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Awasi Ketat Kripto, Fokus pada Aktivitas Domestik