Prodia Bagi Dividen Rp 372,6 M atau 60% dari Laba 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) memutuskan akan membagi 60% laba bersih perusahaan sepanjang 2021 sebagai dividen ke para pemegang saham. Keputusan ini diambil dalam RUPS Tahunan Prodia.
Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty berkata, sepanjang 2021 perusahaan berhasil meraih pendapatan Rp 2,65 triliun atau tumbuh 41,58% secara tahunan. Kemudian, laba bersih perseroan tumbuh 131% secara tahunan menjadi Rp 621 miliar.
Dengan demikian, jumlah dividen setara dengan sekitar Rp 372,6 miliar.
Pada saat yang sama, EBITDA Prodia mencapai Rp 918 miliar dan nilai aset perusahaan naik 21,8% menjadi Rp 2,7 triliun. Kas dan setara kas akhir tahun yang dimiliki PRDA mencapai Rp 607 miliar.
"(Untuk dividen) 60% akan diberikan dari laba bersih, kemudian capex (belanja modal) kami alokasikan sekitar Rp 200 miliar - Rp 250 miliar. Tahun lalu adalah pencapaian tertinggi selama Prodia menjalani usaha selama 48 tahun. Ini jadi tantangan tersendiri. Kami sudah punya based yang sangat tinggi untuk tumbuh, sehingga tahun ini tidak bisa duplikasi dari tahun lalu karena itu terlalu tinggi," kata Dewi dalam konferensi pers, Kamis (7/4/2022).
Sepanjang 2021, PRDA mencatat ada kenaikan jumlah pelanggan perusahaan sebesar 7,7% secara tahunan. Kemudian, rata-rata pendapatan per kunjungan menjadi lebih dari 6%.
Dewi berkata, menghadapi 2022 PRDA melihat bahwa tahun ini dapat menjadi momentum bagi pelanggan korporasi PRDA untuk kembali rutin melakukan pemeriksaan medis (medical check-up) setelah sempat terbengkalai selama pandemi.
Selain itu, PRDA yakin pada 2022 akan ada banyak pelanggan individu yang akan menggunakan layanan perusahaan untuk pemeriksaan medis non-Covid.
"Setiap tahun walau kami punya strategi besar untuk Prodia ke depan, seperti digitalisasi operasional dan customer centric, tetapi juga butuh hal-hal yang harus berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di kuartal I/2022 misalnya, tadinya kami optimis akan lebih santai terhadap Covid-19 karena di 2021 setelah Delta sangat melandai dan akhir tahun aman. Tetapi tiba-tiba Desember-Februari ada Omicron. Dinamika ini harus kami ikuti dan fleksibel kami hadapi dan strateginya," ujarnya.
"Prioritas tetap ada. Tapi kami lihat kalau ada satu perubahan maka berbagai skenario sudah disiapkan, baik financial model atau business strategy. Jadi kita ada strategic planning 3 tahun ke depan, tapi setiap tahunnya harus ditinjau, bahkan setiap bulan, bahkan setiap minggu," kata Dewi menegaskan.
[Gambas:Video CNBC]
Prodia Pede Tak Bergantung Pada Pendapatan dari Layanan Covid
(vap/vap)