Cadev RI Jeblok, Dolar Singapura Balik Menguat Lawan Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 07/04/2022 14:45 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penurunan nilai tukar dolar Singapura melawan rupiah sejak Rabu kemarin, dan berlanjut naik tipis pada perdagangan Kamis (7/4/2022). Cadangan devisa Indonesia yang jeblok membuat rupiah kehilangan tenaga.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura hari ini menguat 0,1% ke Rp 10.562/SG$ di pasar spot, sementara kemarin berakhir stagnan.

Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan cadangan devisa di bulan Maret turun cukup besar, US$ 2,3 miliar menjadi US$ 131,9 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut merupakan yang terendah sejak Juli 2021.


"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tulis BI dalam keterangan resminya.

Menurut BI salah satu penyebab penurunan cadangan devisa yakni pembayaran utang pemerintah. Sejak pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) melanda, yang pemerintah memang terus meningkat.

Cadangan devisa penting bagi rupiah, sebab merupakan sumber daya bagi BI untuk melakukan intervensi.

Di sisi lain, pelaku pasar menanti Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) MAS yang sedang dalam periode blackout selama 21 hari hingga pengumuman kebijakan moneter 14 April mendatang.

Selama periode blackout tersebut, MAS tidak mengeluarkan pernyataan apa pun. Sementara banyak analis memperkirakan kebijakan moneternya akan kembali diketatkan, bahkan lebih agresif dari sebelumnya di bulan Januari dan Oktober tahun lalu.

Pelaku pasar tentunya tidak mau gegabah, sebab ada kemungkinan MAS mengetatkan kebijakannya tetapi tidak agresif. Sebab, inflasi inti di bulan Februari mengalami pelambatan.

Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MIT) bersama MAS pada pertengahan Maret lalu melaporkan inflasi di bulan Februari tumbuh 4,3% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya 4%.

Sementara inflasi inti justru melambat menjadi 2,2% (yoy) dari sebelumnya 2,4%, dan lagi-lagi lebih rendah dari ekspektasi ekonom 2,5%.

Inflasi inti merupakan acuan MAS dalam menetapkan kebijakan moneter.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).

Sejauh ini MAS sudah dua kali mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan slope $SNEER pada pertengahan Oktober lalu, dan awal tahun ini.

Di bulan ini MAS diperkirakan akan lebih agresif dengan menaikkan slope, width dan centre.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor