Top! Rupiah Mampu Menguat Meski The Fed Makin Galak

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 07/04/2022 09:06 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks dolar Amerika Serikat (AS) "lepas landas" hingga mencapai level tertinggi dalam 2 tahun terakhir. Hingga perdagangan Rabu kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah menguat 5 hari beruntun dengan total nyaris 2%. Meski demikian, rupiah masih mampu menghadapi tekanan tersebut di awal perdagangan Kamis (7/4/2022).

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.355/US$, tetapi tidak lama rupiah langsung menguat tipis 0,03% ke Rp 14.350/US$. 

Namun rupiah akan menghadapi tantangan yang cukup berat untuk bertahan di zona hijau, sebab di pasarnon-deliverable forward (NDF) posisinya lebih lemah pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.


PeriodeKurs Rabu (6/4) pukul 15:03 WIBKurs Kamis (7/4) pukul 8:54 WIB
1 PekanRp14.243,0Rp14.256,5
1 BulanRp14.346,0Rp14.349,0
2 BulanRp14.364,0Rp14.369,0
3 BulanRp14.377,0Rp14.381,0
6 BulanRp14.439,6Rp14.443,0
9 BulanRp14.528,3Rp14.527,0
1 TahunRp14.622,2Rp14.644,0
2 TahunRp14.920,0Rp15.028,0

Perkasanya dolar AS tersebut ditopang ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed (bank sentral AS) sebesar 50 basis poin menjadi 0,75% - 1% pada bulan depan. Peluang kenaikan tersebut diperkuat oleh pernyataan-pernyataan para pejabat elit The Fed yang mendukung kenaikan agresif guna meredam inflasi.

Notula rapat kebijakan moneter edisi Maret dini hari tadi juga menunjukkan hal tersebut, ditambah dengan kemungkinan pengurangan nilai neraca yang besar. Notula tersebut mengungkap jika para pejabat The Fed umumnya setuju untuk mengurangi neraca senilai US$ 95 miliar per bulan dan mulai dilakukan bulan Mei.

Pengurangan nilai neraca tersebut artinya The Fed akan melepas obligasi (US$ 60 miliar) dan efek berangun aset (US$ 35 miliar) yang dimiliki, sehingga likuiditas di pasar akan terserap. Pengurangan nilai neraca tersebut nilainya dua kali lipat ketimbang yang dilakukan pada tahun 2017 - 2019, yang menunjukkan The Fed sangat agresif dalam menormalisasi kebijakan moneternya.

Sementara itu dari dalam negeri, pelaku pasar hari ini menanti rilis data cadangan devisa. Pada bulan Februari lalu, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$ 141,1 miliar, naik US$ 100 juta dari bulan sebelumnya.

Kenaikan cadangan devisa tersebut menjadi penting, sebab BI jadi memiliki lebih banyak "amunisi" untuk menstabilkan rupiah jika mengalami gejolak ke depannya. Apalagi jika melihat The Fed yang sangat agresif menormalisasi kebijakan moneter, tekanan tentunya akan sangat besar.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS