
Taipan Batu Bara RI Makin Tajir, Saat Harga Energi Mencekik

Boy Thohir, TP Rachmat dan Edwin Surjadjaja (Kongsi Adaro)
Saudara menteri BUMN RI, Garibaldi Thohir bersama TP Rachmat dan Edwin Soeryadjaya mendirikan emiten raksasa PT Adaro Energy Tbk (ADRO), yang ketika pertama kali melantai di bursa tahun 2008 silam berhasil memperoleh dana IPO terbesar sepanjang sejarah yang baru-baru ini rekornya dipecahkan oleh Bukalapak.
Lokasi penambangan Adaro tersebar di Pulau Sumatra dan Kalimantan, selain itu terdapat juga situs penambangan berlokasi di Australia yang baru diakuisisi tahun 2018 lalu. Beberapa perusahaan pertambangan di bawah Adaro Group antara lain PT Mustika Indah Permai (MIP), PT Bukit Enim Energi (BEE), Adaro Metcoal Companies (AMC), PT Bhakti Energi Persada (BEP) dan banyak lagi.
Data real time billionaire Forbes mencatat TP Rachmat sebagai taipan terkaya nomor 12 di Indonesia dengan total kekayaan mencapai US$ 2,00 miliar atau setara dengan Rp 28,6 triliun.
Akhir tahun lalu, Majalah Forbes menempatkan Boy di posisi ke-17 orang terkaya di Indonesia dengan harta bersih ditaksir mencapai US$ 2,6 miliar.
Saat ini tentu hartanya terus bertambah, mengingat salah satu perusahaan yang dimiliki ikut melantai dan mencatatkan kinerja saham terbaik di bursa. Adaro Minerals sahamnya tercatat telah naik 2.390% sejak pertama kali diperdagangkan publik.
Sementara itu Adaro Energy (ADRO) sahamnya telah naik 35% sejak awal tahun ini dan melonjak hingga 140% dalam setahun terakhir.
Indika Group
Indika Group yang merupakan singkatan dari Industri Media dan Informatika telah berkembang menjadi salah satu perusahaan energi terdiversifikasi di Indonesia dengan portofolio bisnis yang mencakup sumber daya energi, jasa energi dan infrastruktur.
Masuknya Indika ke industri batubara dimulai dengan mengakuisisi PT Kideco Jaya Agung pada tahun 2004 dengan harga senilai US$ 150 juta. Bersama anak usahanya, Indika tercatat merupakan salah satu perusahaan batu bara terbesar dalam negeri. Selanjutnya, bisnis Indika terus berkembang dengan mengakuisisi Petrosea pada 2009, dan awal tahun ini telah dijual lagi kepada pihak lain.
Sejak awal tahun ini, saham INDY tercatat telah naik hingga 64%.
Keluarga Bakrie
Grup Bakrie tercatat memiliki bisnis di hampir semua sektor penting perekonomian. Gurita bisnis Grup Bakrie mencakup bisnis pertambangan, energi, infrastruktur, jasa keuangan, kesehatan, telekomunikasi, media, perkebunan hingga teknologi.
Roda bisnis bidang pertambangan milik Grup Bakrie dilaksanakan oleh PT Bumi Resources Tbk(BUMI) yang mana ketiga anak Nirwan Bakrie yang baru-baru ini dipanggil satgas BLBI menjabat posisi penting di Grup Bumi, mulai dari jabatan presiden direktur hingga anggota komisaris.
BUMI mengendalikan dua raksasa tambang batubara tanah air yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin. Hingga akhir kuartal ketiga tahun lalu pendapatan BUMI meningkat 13% menjadi US$ 666,18 juta, sedangkan perusahaan mampu memperoleh laba bersih US$ 63,70 juta dari semula mengalami kerugian US$ 137,25 juta pada akhir Septemberi 2020 lalu.
Patrick Walujo hingga LBP
Selain yang telah disebutkan di atas masih terdapat beberapa konglomerasi besar penguasa industri batu bara nasional, seperti Grup Sinarmas milik Keluarga Widjaja yang juga memiliki usaha tambang batu bara yang berlokasi di Berau Kalimantan Timur yang bisnisnya dijalankan oleh PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS).
Beberapa pemain besar lainnya termasuk PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang sepanjang 2022 sahamnya menguat 33%, Delta Dunia Makmur (DOID) yang dimiliki oleh Patrick Walujo via Northstar sejak awal tahun sahamnya juga ikut naik 91% hingga emiten milik Luhut Binsar Pandjaitan, TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang dalam setahun terakhir telah menguat hingga 130%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)[Gambas:Video CNBC]
