Waduh! Bursa Asia Dibuka Merah Merona, Awas IHSG Nyusul..

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 06/04/2022 08:53 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (6/4/2022), mengikuti koreksinya bursa saham Amerika Serikat (AS) semalam.

Wall Street tumbang setelah pejabat bank sentral AS menyatakan akan mengetatkan moneter secara agresif yang memicu kembali kekhawatiran akan resesi.

Indeks Nikkei Jepang dibuka ambles 1,28%, Hang Seng Hong Kong ambrol 1,4%, Shanghai Composite China melemah 0,44%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,39%, ASX 200 Australia terpangkas 0,42%, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,81%.


Investor di kawasan Asia-Pasifik akan memantau rilis data aktivitas jasa China yang akan dirilis pada hari ini pukul 09:45 waktu setempat atau pukul 08:45 WIB.

Investor akan mengamatinya karena saat ini China sedang menghadapi lonjakan kasus virus corona (Covid-19) yang diklaim terburuk sejak awal pandemi lalu.

Di lain sisi, bursa saham Asia-Pasifik yang cenderung melemah juga mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin waktu AS, setelah pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menyatakan akan mengetatkan moneter secara agresif yang memicu kembali kekhawatiran akan resesi.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 0,8% ke level 34.641,18, S&P 500 ambles 1,26% ke 4.525,12, dan Nasdaq Composite ambruk 2,26% ke posisi 14.204,17.

Koreksi terjadi setelah Gubernur The Fed, Lael Brainard mengatakan bahwa pihaknya perlu menurunkan neracanya "secara cepat" untuk menekan inflasi.

"Inflasi terlalu tinggi dan menyimpan risiko kenaikan lanjutan," tuturnya, dikutip CNBC International.

"The Fed perlu secara bertahap mendongkrak suku bunga acuan (Fed Funds Rate)," tambahnya.

Komentar tersebut membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar melesat ke level 2,56%, yang merupakan tertinggi sejak Mei 2019.

Deutsche Bank menjadi bank di Wall Street pertama yang memprediksi resesi AS akhir 2023 atau awal 2024 karena agresivitas The Fed memerangi inflasi.

"Kami melihat dua pertumbuhan kuartalan negatif dan kenaikan angka pengangguran lebih dari 1,5%, sebuah perkembangan yang bisa dibilang sebagai resesi, meski moderat," tulis bank asal Belanda itu dalam laporan risetnya.

Investor juga mengawasi Eropa, karena perang antara Rusia-Ukraina berlarut-larut. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menuding Rusia melakukan kejahatan perang yang menewaskan 300 orang di Bucha, pinggiran kota dekat Kyiv. Rusia membantah dan menduga itu hanya sandiwara Ukraina dengan mayat-mayat palsu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel