Gak Ada Ampun! The Fed Bikin Perak Ambrol 5 Hari Beruntun
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak telah turun selama lima hari beruntun. Pandangan hawkish bank sentral Amerika Serikat (The Fed) soal kenaikan suku bunga terus menghantui.
Pada Rabu (6/4/2022) pukul 08.07 WIB harga perak di pasar spot tercatat US$ 24.22/ons, turun 0,37% dibandingkan dengan posisi kemarin.
Gubernur Federal Reserve Lael Brainard mengatakan bahwa pihaknya perlu menurunkan neracanya "secara cepat" untuk menekan inflasi. "Inflasi terlalu tinggi dan menyimpan risiko kenaikan lanjutan," tuturnya, dikutip CNBC International.
"Saya pikir kita semua dapat benar-benar setuju bahwa inflasi terlalu tinggi dan menurunkan inflasi adalah sangat penting," kata Brainard pada konferensi di Fed Minneapolis.
Nada hawkish dari Brainard yang dikenal memiliki pandangan dovish membawa imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun-yang menjadi acuan pasar-melesat ke 2,56% yang merupakan tertinggi sejak Mei 2019.
The Fed menaikkan suku bunga pertama kali sejak tiga tahun pada bulan lalu serta merilis proyeksi bahwa suku bunga akan berakhir di 1,75% - 2% pada akhir tahun ini. Hal ini merupakan respons terhadap inflasi yang sudah terlampau panas di Negeri Paman Sam.
Akan tetapi pasar memandang The Fed akan lebih agresif dalam mendinginkan inflasi AS yang mencapai 7,9%. Ekspektasinya The Fed akan menaikkan suku bunga 50 basis poin pada Mei, Juni dan Juli untuk membawa suku bunga menjadi 2,5% - 2,75% pada akhir tahun ini.
Kenaikan suku bunga adalah "musuh utama" dari perak. Sebab akan mengurangi kilau safe haven sebagai aset tanpa imbal hasil dan meningkatkan biaya peluang dalam memegang perak.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/vap)