Analisis Teknikal

Sudah 5 Hari Beruntun IHSG Rekor Terus, Masih Semangat Gak?

Putra, CNBC Indonesia
Rabu, 06/04/2022 07:35 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak bosan-bosannya mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Pada perdagangan kemarin, Selasa (5/4/2022), IHSG ditutup menguat 0,45% di level 7.148,3. Inflow dana asing juga berlanjut. Investor asing net buy Rp 917 miliar di seluruh pasar.

Penguatan IHSG kemarin mengantarkan bursa saham domestik menduduki peringkat kedua di Asia Tenggara dan Asia Pasifik, hanya kalah dari bursa Singapura dengan indeks Straits Times yang naik 0,65%.


Untuk perdagangan hari ini, pelaku pasar perlu mencermati potensi kebijakan moneter yang lebih agresif dari bank sentral AS yakni The Fed.

Gubernur Federal Reserve Lael Brainard mengatakan bahwa pihaknya perlu menurunkan neracanya "secara cepat" untuk menekan inflasi. "Inflasi terlalu tinggi dan dan menyimpan risiko kenaikan lanjutan," tuturnya, dikutip CNBC International.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), lanjut dia, perlu secara bertahap mendongkrak suku bunga acuan (Fed Funds Rate). Deutsche Bank menjadi bank di Wall Street pertama yang memprediksi resesi AS akhir 2023 atau awal 2024 karena agresivitas The Fed memerangi inflasi.

Sinyal resesi terpantau dari terbentuknya kurva inversi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS, di mana yield obligasi tenor 2 tahun berada di 2,461% dan yield obligasi tenor 10 tahun di 2,45%. Yield obligasi tenor 5 tahun melesat ke 2,6%, tapi tenor 30 tahun hanya di kisaran 2,51%.

Investor masih menunggu risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu (6/4) waktu setempat, yang memberikan gambaran lebih lanjut tentang jalur kenaikan suku bunga acuan.

Selain kabar di atas, investor juga dapat mencermati aspek psikologis pasar yang tercermin dari berbagai indikator teknikal yang akan diulas di bawah ini.

Analisis Teknikal

Foto: Putra
Teknikal

Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat level penutupan IHSG kemarin dan indikator BB, tampak bahwa indeks terus mencoba mencetak rekor all time high dan membentuk level resisten baru.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

RSI cenderung bergerak naik mengindikasikan penguatan momentum beli. RSI ditutup di level 68,2 dan hampir menyentuh level jenuh belinya (overbought).

Tentu kondisi tersebut perlu diwaspadai karena pola pembalikan arah bisa terjadi, meski garis EMA 12 bergerak menjauhi garis EMA 26 ke atas dan bar histogram MACD menguat di area positif.

Jika mempertimbangkan aspek teknikal, sentimen serta apresiasi yang mengantarkannya ke level all time high, IHSG punya peluang konsolidasi terlebih dahulu.

Peluang koreksi IHSG juga sebenarnya terbuka. IHSG berpotensi menguji level 7.001-7.148 untuk perdagangan hari ini.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(trp/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat