
Saat Hang Seng-Shanghai Libur, Bursa Asia Lain Dibuka Cerah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Selasa (5/4/2022), di mana investor menanti keputusan suku bunga terbaru bank sentral Australia.
Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,75%, Straits Times Singapura bertambah 0,4%, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,41%, dan ASX 200 Australia naik 0,18%.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China pada perdagangan hari ini tidak dibuka karena sedang libur nasional festival Ching Ming atau Qing Ming.
Investor di kawasan Asia-Pasifik akan memantau keputusan suku bunga terbaru dari bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) pada hari ini pukul 11:30 WIB.
Pasar memperkirakan bahwa bank sentral Negeri Kanguru tetap akan mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah yakni 0,1%.
Di lain sisi, bursa saham Asia-Pasifik yang cenderung menguat mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Senin kemarin waktu AS, karena melesatnya saham teknologi yang diburu pemodal menyusul keputusan Elon Musk memborong saham Twitter.
Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,3% ke level 34.921,879, S&P 500 melesat 0,81% ke 4.582,64, dan Nasdaq Composite yang kaya akan teknologi melonjak 1,9% ke posisi 14.532,55.
Saham teknologi yang sempat terkena pukulan pada kuartal pertama tahun 2022, kini diburu berkat 'Elon Musk Effect'. Saham Twitter melesat lebih dari 27% menyusul kabar pembelian saham oleh Elon sebesar 9,2%, menjadi reli harian terbesar dalam sepanjang sejarah perdagangan sahamnya.
Saham Tesla sendiri lompat 5,6% setelah melaporkan angka pengiriman kendaraan listrik (electric vehicle/EV) kuartal terbaru pada Sabtu (2/4). Perusahaan tercatat mengirimkan lebih dari 310.000 EV pada kuartal I-2022, melesat dari 184.800 pada periode setahun sebelumnya.
Saham teknologi AS lain pun ikutan naik, di antaranya Apple, Amazon, Alphabet dan Nvidia yang melesat lebih dari 2%. Saham teknologi China yang tercatat di Wall Street juga ikut menguat, seperti Alibaba dan JD.com.
"Nasdaq jelas sedang memimpin penguatan... tentunya karena tidak banyak berita buruk yang memberikan tekanan bagi Nasdaq," tutur Sam Stovall, Kepala Perencana Investasi CFRA, seperti dikutip CNBC International.
Sementara itu pada Kamis pekan lalu hingga Senin kemarin, sinyal resesi teridentifikasi ketika imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun dan 10 tahun terbalik untuk pertama kalinya sejak 2019. Yield obligasi tenor 5 tahun juga diperdagangkan di atas yield obligasi tenor 30 tahun.
Di lain sisi, harga minyak mentah acuan dunia kembali rebound setelah sempat terkoreksi dalam beberapa hari terakhir. Pada hari ini pukul 07:07 WIB, harga minyak jenis Brent melesat 3,01% ke level US$ 107,53/barel.
Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI), harganya saat ini berada di US$ 103,28/barel, melonjak 4,04%.
Reli harga energi utama dunia tersebut terjadi di tengah masih panasnya situasi di Ukraina. Kanselir Jerman, Olaf Scholz mengatakan bahwa Negara Barat akan mengumumkan sanksi terbaru terhadap Rusia beberapa hari mendatang.
"Beberapa konsolidasi setelah lonjakan besar yang kita lihat di saham dalam tiga pekan terakhir terhitung masuk akal. Itulah jenis yang kita lihat saat ini," tutur analis LPL Financial Ryan Detrick dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kemarin Ambruk Berjamaah, Hari Ini Bursa Asia Dibuka Beragam
