Duit Asing Masuk Lagi, IHSG Rekor Lagi! Rupiah Ikut Ceria

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 April 2022 15:17
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mencatat penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (4/4/2022). Meski demikian penguatannya masih tipis-tipis saja, terbantu sentimen pelaku pasar yang cukup bagus.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,1% ke Rp 14.350/US$. Nyaris sepanjang perdagangan rupiah mampu bertahan di zona hijau meski tipis saja, sebab penguatannya terpangkas hingga sempat stagnan di Rp 14.365/US$.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.350/US$.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari menguatnya mayoritas bursa saham Asia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mampu menguat 0,53% ke 7.116,218, sekaligus menjadi rekor tertinggi sepanjang masa.

Investor asing lagi-lagi memborong saham di dalam negeri. Hari ini nilainya mencapai Rp 462 miliar di pasar reguler nego dan tunai. Sepanjang tahun ini investor asing tercatat melakukan beli bersih senilai Rp 33,76 triliun.

Aliran modal ke pasar saham Indonesia menjadi salah satu kunci rupiah cukup stabil.

Sementara itu, dolar AS sedang kuat setelah rilis data ekonomi yang menjadi kunci kenaikan suku bunga. yang membuat rupiah sulit menguat tajam.

Pelaku pasar kini semakin yakin bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan depan. Hal ini terlihat dari probabilitasnya di perangkat FedWatch milik CME Group yang berada di kisaran 70%.

The Fed menggunakan dua data utama sebagai patokan menetapkan suku bunga, yakni inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) dan data tenaga kerja.

Departemen Tenaga Kerja AS Kamis lalu melaporkan inflasi PCE bulan Februari tumbuh 6,4% (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya 6% (yoy). Sementara inflasi inti PCE tumbuh 5,4% (yoy) lebih tinggi dari bulan Januari 5,2% (yoy), tetapi lebih rendah dari hasil polling Reuters 5,5% (yoy).

Inflasi PCE tersebut menjadi yang tertinggi dalam nyaris 40 tahun terakhir.

Sementara itu sehari setelahnya tingkat pengangguran di bulan Maret dilaporkan turun menjadi 3,6% dari sebelumnya 3,8%.

Dengan pasar tenaga kerja yang semakin ketat, dan inflasi yang semakin tinggi, The Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga 50 basis poin di bulan Mei menjadi 0,75% - 0,1%.

Apalagi, beberapa pejabat elit The Fed termasuk sang ketua Jerome Powell sudah menunjukkan dukungannya untuk bertindak lebih agresif guna meredam inflasi.

"Kami akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas harga. Secara khusus, jika kami menyimpulkan kenaikan suku bunga lebih dari 25 basis poin tepat dilakukan, kami akan melakukannya. Dan jika kami memutuskan perlu melakukan pengetatan di luar dari kebiasaan yang normal, kami juga akan melakukannya," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (22/3/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular