MAS Dalam Periode Blackout, Kurs Dolar Singapura Turun Lagi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 04/04/2022 11:40 WIB
Foto: Ilustrasi Penukaran Uang (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura turun melawan rupiah di awal perdagangan Senin (4/4/2022), melanjutkan koreksi Jumat pekan lalu. Pada Kamis (31/3/2022) dolar Singapura sempat naik menyentuh Rp 10.620/SG$ yang merupakan level tertinggi satu bulan, sebelum akhirnya berbalik turun.

Pagi ini dolar Singapura berlanjut turun lagi 0,13% ke Rp 10.574/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Salah satu faktor yang memicu fluktuasi mata uang Negeri Merlion ini yakni Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) yang berada dalam periode blackout selama 21 hari hingga 14 April nanti saat mengumumkan kebijakan moneternya.


Selama periode blackout tersebut, MAS tidak mengeluarkan pernyataan apa pun. Sementara pelaku pasar memperkirakan kebijakan moneternya akan kembali diketatkan.
Sejauh ini MAS sudah dua kali mengetatkan kebijakan moneter dengan menaikkan slope $SNEER pada pertengahan Oktober lalu, dan awal tahun ini.

Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate), yang terdiri dari kemiringan (slope), lebar (width) dan titik tengah (centre).

Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.

Pada Oktober tahun lalu dan Januari 2022, MAS hanya menaikkan slope saja.

Kali ini, analis dari Barclays memprediksi MAS tidak hanya akan menaikkan slope pada 14 April nanti, tetapi juga width dan centre.

"Kami memperkirakan S$NEER akan naik 3% dari level saat ini hingga akhir tahun nanti," kata Brian Tan. Ekonomi senior Barclays untuk wilayah ASEAN dalam sebuah catatan kepada nasabahnya, sebagaimana dikutip The Star, Selasa (22/3/2022).

Hal senada juga diungkapkan analis lainnya.

"Kita tidak bisa mengesampingkan langkah yang lebih agresif jika inflasi terus meninggi serta dampak dari kenaikan pajak barang dan jasa," kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank Kim Eng Research, sebagaimana dilansir Bloomberg.

Chua memperkirakan MAS akan menaikkan slope sebesar 50 basis poin. Sementara analis dari Citigroup, Goldman Sachs dan Nomura memprediksi kenaikan sebesar 100 basis poin.

Dengan pengetatan moneter tersebut, di kuartal II-2022 dolar Singapura diperkirakan akan naik tajam dan mengungguli mata uang ASEAN lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor