The Fed Jadi "Hantu" Buat Perak, Sepekan Turun 3%.. Kok Bisa?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak dunia menguat tipis pada pagi hari ini. Akan tetapi, harga perak masih dihantui kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang membuat harga perak tumbang pekan lalu.
Pada Senin (4/4/2022) pukul 09.00 WIB harga perak di pasar spot tercatat US$ 24,63, menguat tipis 0,08% dibandingkan dengan posisi terakhir.
Namun, harga perak dunia jatuh 3,53% sepanjang pekan lalu. Penyebabnya, wacana kenaikan suku bunga the Fed yang lebih agresif karena harga energi dan berbagai komoditas yang melambung membuat inflasi di Paman Sam memanas. Inflasi AS mencapai 7,9%, level tertinggi dalam 4 dekade.
Membaiknya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) juga dapat menjadi alasan kuat bagi Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga secara agresif.
Sebagai catatan, Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (1/4/2022) melaporkan tingkat pengangguran turun menjadi 3,6% dari 3,8%.
Di sisi lain, anjloknya harga minyak mentah dunia setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden merencanakan untuk mengeluarkan cadangan minyak dari persediaan nasional sebesar 1 juta barel/hari selama 6 bulan atau sekitar 180 juta barel, juga jadi pemicu pelemahan harga perak.
Ketika harga minyak longsor, maka ekspektasi inflasi tinggi yang berkelanjutan juga surut. Apalagi dibarengi dengan rencana bank sentral AS, the Fed yang agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.
Suku bunga menjadi musuh utama yang membuat kilau perak memudar. Sebab perak tidak memberikan imbal hasil dan biaya opportunity memegang perak pun meningkat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/vap)