Baru Hari Kedua Puasa, IHSG Ikutan 'Lemes' Gagal Nanjak

Putra, CNBC Indonesia
Senin, 04/04/2022 09:18 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis 0,05% ke level 7.082,25 mengawali perdagangan pekan ini, Senin (04/04/2022), atau hari kedua puasa Ramadan. 

Namun selang tak berapa lama, apresiasi IHSG terpangkas. Indeks berbalik melemah ke zona merah dengan koreksi 0,07% ke level 7.073,53 pada 09.10 WIB. Asing terpantau net buy tipis Rp 4,32 miliar di seluruh pasar.

Saham incaran asing pagi ini adalah saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dengan net buy Rp 12,2 miliar dan Rp 3,7 miliar.


Sedangkan saham paling banyak dilego asing ada saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net sell masing-masing Rp 4,4 miliar dan Rp 3,2 miliar.

Sepanjang hari ini, perhatian pelaku pasar di bursa nasional bakal lebih tertuju pada dinamika global, mengingat masih sepinya sentimen dari dalam negeri. Faktor harga minyak mentah dan krisis Ukraina masih akan menjadi sentimen mayor penggerak pasar.

Pada Senin (4/4/2022), IHSG akan merespon pergerakan bursa saham AS (Wall Street) yang menguat di hari Jumat. Penguatan tersebut secara psikologis mempertebal keyakinan investor domestik untuk melancarkan aksi beli atas aset berisiko tinggi seperti saham.

Oleh karenanya, indeks acuan utama bursa nasional tersebut berpeluang kembali menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa, dengan menembus level psikologis 7.100 pada hari ini. Namun demikian, aksi profit taking juga masih kental membayangi.

Di sisi lain, pasar juga akan memperhatikan pergerakan harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah jenis Brent yang menjadi acuan dunia ambrol 13,5% ke US$ 104,39/barel sepekan lalu, sementara minyak acuan AS jenis West Texas Intermediate (WTI) merosot 12,8% ke US$ 99,27/barel.

Penurunan tersebut menjadi yang terbesar bagi WTI sejak pekan kedua April 2020 ketika ambrol nyaris 20%. Sementara bagi Brent menjadi yang terburuk sejak pertengahan Maret 2020, di mana saat itu penurunan harganya lebih dari 20% dalam sepekan.

Berlanjutnya penurunan harga minyak mentah bisa menjadi kabar bagus, sebab tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi tentunya akan mereda.

Seperti diketahui, negara Barat sedang mengalami masalah inflasi tinggi, sehingga dikhawatirkan akan memicu stagflasi atau pertumbuhan ekonomi stagnan dengan inflasi yang tinggi.

Di sisi lain IHSG yang sudah tembus rekor all time high akhir pekan lalu juga membuka peluang untuk aksi profit taking yang membuat indeks bisa melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat