Ramadan Bulan Pembawa Berkah Buat IHSG? Cek Faktanya di Sini

Putra, CNBC Indonesia
Senin, 04/04/2022 06:45 WIB
Foto: Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebelum memasuki hari puasa pertama tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menorehkan kinerja yang menggembirakan.

Meski ditutup menguat tipis 0,10% Jumat pekan lalu (1/4/2022), IHSG berhasil tembus level penutupan all time high di 7.078,76.

Hari ini akan menjadi hari kedua bulan Ramadan jika mengacu pada ketetapan pemerintah. Apabila berkaca pada sejarah, IHSG memiliki kinerja yang bagus sepanjang bulan Ramadan terutama sejak tahun 2010.


Dalam 12 tahun terakhir, IHSG hanya tercatat melemah 4x. Nilai median return atau apresiasi IHSG sejak 2010-2021 mencapai 2,15%.

Return tertinggi IHSG saat puasa dicatatkan pada tahun 2010. Pada periode Ramadan kala itu yang jatuh pada 10 Agustus - 9 September, IHSG berhasil menorehkan apresiasi 9,81%.

Namun pada periode Ramadan berikutnya, IHSG justru melemah signifikan dan menjadi pelemahan terdalam indeks dalam lebih 1 dekade terakhir setelah terkoreksi 7,8%.

Tahun 2010 dan 2011 memang menjadi tahun pemulihan ekonomi global setelah terdampak krisis keuangan 2008.

Namun dengan pemulihan tersebut bank sentral AS selaku otoritas moneter paling powerful dunia mulai merencanakan pengetatan moneter yang berimbas pada keluarnya dana asing dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia.

Ramadan 2022 menjadi momentum puasa tahun ketiga bersama Covid-19. Genap sudah 3x Indonesia diserbu gelombang Covid-19.

Pada 2020, puasa jatuh pada 23 April hingga 23 Mei. Kala itu IHSG sukses memberikan imbal hasil 2,67% setelah pasar menunjukkan tanda bottoming up dan dibarengi dengan pelonggaran pembatasan sosial.

Hanya saja, kasus Covid-19 yang masih menggila hingga tahun 2021, membuat return IHSG pada Ramadan tahun lalu mencatatkan minus 1,93%.

Berikut adalah capaian kinerja IHSG selama puasa Ramadan sejak tahun 2010-2021 berdasarkan perhitungan CNBC Indonesia dari data Refinitiv :

Tahun

Awal Ramadhan

Idul Fitri

Return

2010

10-Aug

09-Sep

9.81%

2011

31-Jul

29-Aug

-7.80%

2012

19-Jul

18-Aug

1.62%

2013

08-Jul

07-Aug

3.70%

2014

28-Jun

28-Jul

4.93%

2015

17-Jun

16-Jul

-0.79%

2016

06-Jun

05-Jul

3.53%

2017

26-May

24-Jun

3.38%

2018

16-May

14-Jun

-0.33%

2019

05-May

04-Jun

0.53%

2020

23-Apr

23-May

2.67%

2021

12-Apr

12-May

-1.93%

Untuk Ramadan tahun ini, sentimen cenderung campur aduk. Ada yang positif, ada pula yang negatif. Kabar baik terlebih dahulu datang dari perkembangan Covid-19 yang terus menurun.

Penurunan tren kasus harian membuat pemerintah pun melonggarkan pengetatan. Aktivitas mudik diperbolehkan dengan syarat masyarakat harus sudah vaksin booster.

Vaksinasi dosis ketiga juga sudah bisa diakses oleh masyarakat di berbagai tempat. Dari global, ada harapan perkembangan positif dari perang Rusia dengan Ukraina.

Belum lama ini pejabat Rusia mengatakan bakal mulai menurunkan aktivitas militernya secara signifikan di sekitar ibu kota Ukraina, Kyiv.

Namun dari dalam negeri ada beberapa sentimen yang cukup memberatkan terutama dari perkembangan berbagai harga yang naik.

Biasanya di bulan Ramadan, faktor musiman menyebabkan inflasi merangkak naik. Namun untuk Ramadan kali ini sepertinya kenaikan inflasi bisa lebih tinggi dari sebelum-sebelumnya karena bertepatan dengan kenaikan PPN dari 10% menjadi 11%.

Selain itu harga minyak goreng juga melambung tinggi ke atas Rp 20.000/kg. Ditambah lagi, pemerintah juga resmi menaikkan harga BBM non-subsidi yakni jenis Pertamax dari sebelumnya Rp 9.000/liter menjadi Rp 12.500/liter.

Overall, sentimen untuk Ramadan kali ini cenderung mix. Namun jika inflow dana asing terus mengalir deras, apalagi ekonomi semakin berputar dengan adanya pencairan Tunjangan Hari Raya (THR), bukan tidak mungkin IHSG berpeluang menorehkan capaian yang positif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat