
PPN, Migor, Pertamax, Rokok Naik! Ini Saham Cuan Para Broker

Jakarta, CNBC Indonesia - Momentum puasa Ramadan biasanya akan ditandai dengan kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi. Kebetulan tahun ini puasa Ramadhan jatuh di awal April 2022.
Menariknya, pada puasa Ramadhan kali ini tekanan kenaikan harga tampaknya akan semakin kuat karena beberapa faktor.
Kenaikan PPN dari 10% menjadi 11% sudah ditetapkan oleh pemerintah dan mulai berlaku awal April. Dampak dari kenaikan PPN akan meningkatkan inflasi karena harga barang dan jasa akan lebih mahal dan dibebankan pada konsumen.
Selain kenaikan PPN, pencabutan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng juga membuat harga salah satu bahan pokok untuk memasak ibu-ibu rumah tangga yang satu ini ikut naik.
Di bulan Maret 2022 saja, andil inflasi dari minyak goreng sebesar 0,04% menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS).
Jika mengacu pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga minyak goreng sudah naik dari Rp 18.550/kg menjadi Rp 23.950/kg dalam satu bulan terakhir.
Peluang harga minyak goreng tetap tinggi atau bahkan naik juga terbuka dengan adanya momentum puasa karena permintaan akan cenderung meningkat.
Belum juga polemik soal harga migor usai, pemerintah kini juga menaikkan harga BBM jenis Pertamax. Harga BBM dengan RON 92 ini resmi naik dari Rp 9.000/liter menjadi Rp 12.500/liter mulai 1 April kemarin.
Minyak goreng dan bahan bakar merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Selain dua komoditas tadi, rokok juga menjadi salah satu kebutuhan dasar masyarakat +62.
Tidak hanya minyak goreng dan rokok saja yang harganya naik, rokok pun ikut naik. Kenaikan harga rokok dipicu oleh keputusan pemerintah yang menaikkan cukai rokok 12% tahun ini.
Untuk menjaga marjin laba, para produsen pun memutuskan untuk turut menaikkan harga jual produk rokoknya.
Dalam riset Mandiri Sekuritas yang dipublikasikan pada awal Januari tahun ini, dua emiten produsen rokok terbesar di Indonesia yakni PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) memutuskan untuk menaikkan harga rokok.
GGRM disebut menaikkan harga jual rokoknya di kisaran 1,8-4,5% sedangkan kompetitornya yaitu HMSP menaikkan harga jual rokoknya sebesar 2,5-5,9% mulai Januari lalu.
Kenaikan PPN, harga minyak goreng, Pertamax hingga rokok tentu saja akan berdampak pada kenaikan inflasi. Banyak analis dan ekonom yang memperkirakan inflasi bisa naik lebih dari 3%.
Inflasi yang tinggi akan cenderung menggerus return atau cuan dalam berinvestasi. Oleh sebab itu investor harus mulai memikirkan strategi lindung nilai (hedging).
Salah satu strategi hedging yang direkomendasikan dalam riset CGS-CIMB Sekuritas adalah dengan memilih saham-saham yang memiliki eksposur terhadap komoditas.
Saham-saham yang direkomendasikan dalam riset tersebut antara lain PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
Namun CGS-CIMB juga tidak hanya merekomendasikan saham-saham energi tetapi juga menyebut saham lain di sektor pertambangan mineral seperti nikel hingga emiten CPO dan perusahaan utilitas.
Beberapa saham dari sektor tersebut yang direkomendasikan oleh CGS-CIMB adalah saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dan PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM).
Lebih lanjut CGS-CIMB juga menyarankan beberapa saham sektor konsumen yang mendapat manfaat dari kenaikan harga komoditas serta proxy pembukaan ekonomi seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Ace Hardware Tbk. (ACES) dan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000