
BNI Beberkan Strategi Investasi di Masa Normalisasi Kebijakan

Jakarta, CNBC Indonesia - Di masa kenaikan suku bunga acuan, pengelolaan investasi menjadi harus lebih dinamis. Hal ini sebagai mitigasi untuk mengurangi dampak fluktuasi harga di pasar sekunder instrumen obligasi.
Diketahui Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,50%. Adapun suku bunga Deposit Facility tetap 2,75%, dan suku bunga Lending Facility masih di 4,25%.
Sementara itu, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertengahan Maret lalu dan diperkirakan akan menaikkan kembali sebanyak tujuh kali pada tahun ini.
Head Of Investment Divisi Wealth Management PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Samuel Panjaitan memprediksikan bahwa BI akan turut menaikkan suku bunga acuan.
Dia merekomendasikan para investor, khususnya terkait instrumen obligasi, untuk mengurangi porsi kepemilikan surat utang berjangka panjang demi menghindari volatilitas. Sementara saham bisa menjadi alternatif pelabuhan investasi.
"Dan itu menurut kami cukup bagus melihat peluang saham di kondisi saat ini," jelas Samuel dalam Power Lunch, CNBC Indonesia (Rabu, 23/03/2022).
Meski demikian, instrumen obligasi tidak serta-merta akan ditinggalkan karena investor masih memerlukan imbal hasil dari obligasi tersebut. Apalagi saat ini imbal hasil obligasi di Indonesia menjadi salah satu yang terbaik.
"Apalagi suku bunga acuan masih terkendali, yield obligasi 10 tahun masih di angka cukup tinggi, dan jangan lupa inflasi di Indonesia cukup rendah dan terkendali. Itu yang membuat yield di obligasi masih cukup menarik dan investor tidak serta merta akan melepas kesempatan itu," tegas Samuel.
Selama tingkat inflasi masih terkendali, dan yield obligasi masih di atas inflasi. Para investor masih bisa menikmati suku bunga riil yang menarik. Namun tetap, dengan kecenderungan terjadinya normalisasi kebijakan, para investor patut mulai memikirkan strategi pemilihan instrumen investasinya.
Instrumen SBN Ritel pun tetap masih menjadi pilihan selama tingkat inflasi tetap terjaga. Lebih lanjut, Samuel menyatakan daya tarik SBN Ritel yang didistribusikan BNI semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh literasi keuangan cukup membaik dan pembelian SBN Ritel bisa lebih mudah melalui teknologi digital.
"Kami lihat semakin lama semakin banyak investor yang mulai beralih ke SBN Ritel, khususnya anak-anak muda. Dan ini kami lihat peluang yg bagus ke depannya SBN ritel masih memiliki minat atau demand yg cukup tinggi di investor ritel dalam negeri," pungkasnya.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wisata Nyaman Ke Luar Negeri Dengan BNI Emerald