Review

Top! Bursa Lain Tumbang, IHSG Melesat 7,44% di Kuartal I-2022

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Jumat, 01/04/2022 07:45 WIB
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah kondisi ekonomi global yang masih belum optimal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mencatatkan kinerja fantastis pada kuartal pertama tahun 2022.

Pada hari terakhir perdagangan bulan Maret, IHSG ditutup menguat 0,26% ke level 7.071,44 dan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa, yang berarti sejak awal tahun IHSG telah melonjak hingga 7,44%.

Penguatan ini terjadi di tengah meledaknya perang di Eropa Timur antara Rusia dan Ukraina dan ketakutan investor global akan dampak kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Fed.


Meski demikian, aliran deras dana asing yang sejak awal tahun membanjiri bursa Tanah Air akhirnya mampu mengangkat performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini hingga Maret. 

Investor asing tercatat membukukan nilai beli bersih hingga Rp 43 triliun di pasar reguler, dengan saham-saham buruan merupakan yang berkapitalisasi pasar besar (big cap), terutama raksasa perbankan dan saham di sektor energi.

Kinerja ini juga merupakan yang terbaik untuk kuartal pertama dalam lima tahun terakhir.


Kenaikan tersebut menjadikan bursa Tanah Air sebagai salah satu bursa dengan kinerja terbaik tahun ini. Kenaikan harga komoditas dan energi yang merupakan salah satu implikasi dari perang di Ukraina yang menekan bursa Eropa dan Amerika, malah menjadi dorongan tambahan bagi IHSG.

Berdasarkan data BEI, hingga 29 Maret, kinerja IHSG di kawasan ASEAN hanya kalah dari indeks acuan bursa Singapura. Sementara secara keseluruhan di tingkat global, IHSG tercatat sebagai indeks acuan dengan kinerja terbaik kesepuluh.

Adapun indeks utama bursa negara maju dan ekonomi besar malah kompak melemah di kuartal pertama tahun ini. Indeks acuan di China tertekan 10,25% sedangkan indeks acuan Jerman DAX terkoreksi 8,09%.

Tiga indeks utama Wall Street juga masih belum beruntung di kuartal pertama tahun ini. 

DJIA dan S&P 500 masing-masing terkoreksi 4,6% dan 4,9%, sedangkan Nasdaq melemah hingga 9%. Untuk rata-rata tiga indeks utama, ini adalah periode terburuk sejak kuartal pertama 2020, yang merupakan awal pandemi Covid-19, di mana kala itu S&P 500 jatuh 20%.

Beberapa faktor utama penyebab kinerja negatif Wall Street termasuk siklus kenaikan suku bunga dari Federal Reserve, inflasi yang tinggi dan serangan Rusia ke Ukraina.

Foto: Feri Sandria
Kinerja Indeks Utama Dunia

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(fsd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat