Akhir Kuartal I, Bursa Asia Rontok Tapi IHSG Berhasil Selamat
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (31/3/2022), di tengah masih panasnya tensi geopolitik Rusia-Ukraina beserta Negara Barat yang dapat meningkatkan ketidakpastian ekonomi global.
Indeks Hang Seng memimpin koreksi Bursa Asia-Pasifik, di mana Hang Seng ditutup ambles 1,06% ke level 21.996,85. Saham Baidu anjlok lebih dari 3%, setelah perseroan ditambahkan ke daftar perusahaan yang berpotensi delisting dari bursa AS oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS.
Sedangkan indeks Shanghai Composite China melemah 0,44% ke level 3.252,2, setelah rilis data aktivitas manufaktur periode Maret 2022.
Selanjutnya indeks Nikkei Jepang ditutup terkoreksi 0,73% ke level 27.821,43, Straits Times Singapura merosot 0,99% ke 3.408,52, dan ASX 200 Australia terpangkas 0,2% ke posisi 7.499,6.
Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada hari ini. KOSPI ditutup menguat 0,4% ke level 2.757,65 dan IHSG berakhir naik 0,26% ke posisi 7.071,44.
Dari China, data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager's Index/PMI) periode Maret 2022 versi NBS dilaporkan berkontraksi menjadi 49,5, dari sebelumnya pada periode Februari lalu di angka 50,2.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya berarti kontraksi, dan di atas 50 berarti ekspansi.
Kontraksinya kembali PMI manufaktur China muncul setelah survei independen oleh China Beige Book menunjukkan bahwa aktivitas pabrik-pabrik China terpukul lebih keras pada kuartal I-2022, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021.
Dalam beberapa pekan terakhir, China juga tengah menghadapi kembali lonjakan kasus virus corona (Covid-19) yang paling parah sejak pandemi dimulai.
"Covid-19 varian Omicron terjadi di banyak kota di China, menyebabkan kembali diberlakukannya karantina wilayah (lockdown) dan menyebabkan produksi industri kembali terganggu," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, dikutip dari CNBC International.
"Kebijakan lockdown efektif dalam menahan Covid-19 dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang, dapat membebani kembali perekonomian," tambah Zhang.
Di lain sisi, investor terus memantau perkembangan dari konflik Rusia-Ukraina beserta Negara Barat. Investor cenderung kecewa karena diskusi damai antara Rusia dan Ukraina untuk mencari solusi dari perang, menunjukkan kemajuan yang sangat sedikit.
Pada Selasa lalu, Rusia mengatakan akan mengurangi pasukan militernya di beberapa lokasi di Ukraina. Namun, beberapa negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris masih skeptis terhadap janji Rusia. Penyerangan Rusia ke Ukraina juga masih berlangsung kemarin.
Selain itu, investor juga cenderung merespons negatif dari melonjaknya kembali harga minyak mentah dunia pada Selasa malam hingga pagi hari ini.
Harga minyak mentah sempat melonjak lebih dari 3%, setelah Jerman memperingatkan adanya potensi penjatahan gas alam karena perselisihan dengan Rusia dan stok minyak mentah AS turun.
Pemerintahan Presiden AS, Joe Biden sedang mempertimbangkan rencana untuk melepaskan 1 juta barel minyak per hari dari cadangan minyak selama enam bulan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)