Jreng! Beli Gas Rusia Wajib Rubel, Eropa Bakal Gelap Gulita?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
30 March 2022 14:20
Infografis: Heboh Putin Mau Dicopot dari Presiden Rusia, Ini Faktanya
Foto: Infografis/Heboh Putin Mau Dicopot dari Presiden Rusia, Ini Faktanya/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Tenggat waktu pembelian gas dengan mata uang Rubel semakin dekat. Jika Eropa menolak pembelian lewat rubel, maka risiko gangguan pasokan di Eropa akan meningkat.

Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu mengeluarkan ultimatum kepada negara-negara yang dianggapnya bukan sebagai sahabat untuk membeli gas dengan rubel. Hal ini sebagai aksi "balas dendam" Putin atas sanksi yang dijatuhkan kepada Rusaia atas serangan ke Ukraina.

"Tidak ada yang akan memasok gas secara gratis, itu tidak mungkin, dan Anda hanya dapat membayarnya dalam rubel," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, mengutip Reuters, Selasa (30/3/2022).

Ketua majelis tinggi parlemen Rusia, Valentina Matviyenko, mengatakan Moskow siap jika Eropa menolak untuk membeli energi Rusia dan dapat mengalihkan pasokan ke pasar Asia.

Peskov mengatakan bahwa, sejalan dengan tenggat waktu 31 Maret yang ditetapkan oleh Putin untuk pembayaran gas dengan rubel, "semua sistem sedang dikembangkan, sehingga sistem ini sederhana, dapat dimengerti, dan layak untuk pembeli Eropa dan internasional yang dihormati."

Negara-negara Eropa, yang sebagian besar membayar dalam euro, mengatakan Rusia tidak berhak menggambar ulang kontrak. Kelompok negara G7 menolak tuntutan Moskow minggu ini.

Negara-negara G7 mendesak perusahaan untuk tidak menyetujui pembayaran rubel dan mengatakan sebagian besar kontrak pasokan menetapkan euro atau dolar. "Itu adalah posisi yang kami bagikan," kata juru bicara Komisi Eropa pada konferensi pers di Brussels.

Secara garis besar, kebijakan Putin jadi pukulan lain bagi Eropa. Para pedagang akan lebih takut untuk membeli gas dari Rusia. Sebab saat ini Rusia sedang dikucilkan oleh keuangan dunia.

Ini membuat banyak pedagang takut untuk bertransaksi dengan segala hal yang berhubungan dengan Rusia. Padahal mencari pasokan gas dengan waktu singkat tidaklah mudah.

Uni Eropa bergantung pada 41% impor gas dan 27% minyak dari Rusia. Pasokan yang terbatas akan membuat harga energi kian mahal. Setelah pernyataan Putin, harga gas Eropa melonjak 18,49% menjadi Euro 117 per MWh. Alhasil inflasi Uni Eropa diperkirakan meroket 6,5%year-on-yearpada bulan Maret.

Uni Eropa (UE) terbelah dalam memutuskan untuk memboikot minyak Rusia. Negara-negara UE berdebat tentang apakah akan memberikan sanksi langsung terhadap minyak dan gas Rusia, sebuah langkah yang sudah diambil oleh Amerika Serikat.

Hungaria menentang larangan impor energi Rusia, sementara Bulgaria mengatakan akan mencari pengecualian jika larangan tersebut disetujui. Beberapa kilang yang berada di Eropa Timur dan Jerman hampir sepenuhnya bergantung pada pasokan minyak mentah Rusia yang disalurkan melalui jaringan pipa.

Jerman dan Belanda, anggota yang pengguna utama minyak mentah Rusia, berpendapat bahwa UE tidak dapat mengurangi ketergantungannya pada pasokan Rusia dalam semalam.

"Tanpa pasokan Rusia, ekonomi Jerman menghadapi kerusakan besar, yang harus dihindari jika memungkinkan," kata Kepala Eksekutif E.ON Leonhard Birnbaum kepada televisi Jerman.

"Negara itu membutuhkan tiga tahun untuk menjadi independen dari gas Rusia," tambahnya.

Data dari Infrastruktur Gas Eropa menunjukkan situs penyimpanan gas Uni Eropa sekarang sudah terisi 26%, menyoroti tantangan untuk menggantikan Rusia sebagai penyedia energi.

Komisi Eropa mengusulkan undang-undang yang akan menetapkan tingkat penyimpanan gas alam minimum 80% sebuah langkah yang dimaksudkan untuk memastikan pasokan energi yang cukup untuk melewati musim pemanasan musim dingin berikutnya.

Komisi juga memberikan opsi untuk kemungkinan tindakan darurat untuk menghadapi lonjakan harga listrik. Caranya termasuk kompensasi finansial, baik di tingkat eceran atau grosir, atau batasan peraturan untuk harga maksimum yang dapat dikenakan untuk gas.


(ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Eropa Kian Mengkhawatirkan, Terancam 'Kiamat Gas'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular