
Ada yang Bilang Harga CPO Diprediksi US$ 1.000/ton Tahun Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di sesi awal perdagangan kembali anjlok pada hari ini, Rabu (30/3/2022). Harga CPO juga diprediksikan akan turun bertahap setiap tahunnya.
Mengacu pada data kepada Refinitiv, pukul 08:40 WIB harga CPO dibanderol di level MYR 5.948/ton atau anjlok 1,2%. Dengan begitu, harga CPO berhasil membukukan kenaikan 64,67% year-on-year (yoy), tapi masih anjlok secara mingguan 3,94% dan drop 12,04% secara bulanan.
Harga CPO kembali melonjak di kuartal I-2022, melanjutkan tren bullish nya pada 2021. Pada awal Maret 2022, harga CPO menyentuh US$ 1.900/ton dan rata-rata harga CPO berada di sekitar US$ 1.450/ton.
Padahal, harga CPO dibanderol rata-rata US$ 1.070/ton pada tahun 2021 dan lebih dari dua kali lipat dengan harga rata-rata 10 tahun lalu sekitar US$ 700/ton.
Lonjakan harga CPO didorong oleh prospek krisis pasokan, ketidakpastian minyak biji bunga matahari di Ukraina, dan dampak kekeringan di Amerika Selatan. Selain itu, produsen utama CPO yaitu Indonesia, sempat membatasi ekspor minyak kelapa sawitnya.
Namun, Fitch Ratings memperkirakan penurunan harga secara bertahap ketika ada kenaikan produksi CPO dan memprediksikan harga CPO akan dibanderol US$ 1.000/ton pada tahun ini, US$ 700/ton pada tahun 2023, dan US$ 600/ton pada tahun setelahnya.
Perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan bisa saja membuat harga tetap tinggi pada 2022-2023.
Fitch Ratings memperkirakan produksi minyak nabati global akan tumbuh sebesar 2% tahun ini. Produsen CPO di Indonesia merupakan kontributor yang signifikan.
Diprediksikan adanya peningkatan pada produksi di Indonesia sebesar 1 juta ton. Hal tersebut seharusnya dapat menyeimbangkan kekurangan produksi dari Malaysia karena krisis tenaga kerja asing.
Mengacu kepada data Fitch Ratings, produksi CPO Malaysia pada dua bulan pertama kuartal I-2022 naik 7%, setelah sempat menurun 5% pada tahun 2021. Peningkatan ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang lebih baik dan Malaysia berupaya mengatasi kekurangan tenaga kerja.
Selain itu, ekspor CPO Malaysia dalam dua bulan pertama kuartal I-2022 melonjak 22%, tapi pada tahun sebelumnya ekspor CPO Malaysia sempat turun 11%.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) juga memperkirakan adanya peningkatan produksi CPO sebanyak 3,5% pada periode 2021-2022 yang lebih tinggi dari periode 2020-2021 yang hanya sekitar 1%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
Next Article Harga CPO Dibuka Melesat 2,5%, ke Depan Masih Bisa Naik Gak?
