Analisis Teknikal

Kemarin Pecah Rekor, IHSG Terpantau Mulai Kehabisan Gas?

Putra, CNBC Indonesia
30 March 2022 07:48
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,54% ke level 7.011,69 pada perdagangan kemarin, Selasa (29/3/2022).

Di awal perdagangan IHSG sempat tembus level all time high intraday di 7.072,78. Namun setelah itu, IHSG berbalik arah dan ambles.

Meskipun ambles, asing masih getol memborong saham-saham RI yang dibuktikan dengan nilai net buy jumbo di seluruh pasar senilai Rp 1,1 triliun.

Untuk perdagangan hari ini, perkembangan negosiasi Rusia dengan Ukraina bisa menjadi katalis positif untuk berbagai aset berisiko.

Deputi Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengatakan bahwa Negeri Beruang Merah akan menurunkan aktivitas militernya secara signifikan di sekitar Ibu Kota Ukraine Kyiv.

Kabar tersebut membuat harga minyak mentah dunia pun melorot. Namun yang masih tetap menjadi pantauan pelaku pasar saat ini adalah inversi yield obligasi pemerintah AS (US Treasury).

Yield US Treasury 5 tahun kini masih berada di level yang lebih tinggi dari yield tenor 30 tahun. Terakhir, yield US Treasury 5 tahun berada di 2,54% sedangkan untuk yield 30 tahun berada di 2,53%.

Inversi yield menunjukkan bahwa risiko jangka pendek lebih besar dari risiko jangka panjang. Pembalikan yield ini juga secara historis menjadi leading indicator akan terjadinya resesi di perekonomian AS.

Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia, risiko stagflasi di AS yang meningkat dapat berdampak pada negara-negara lain termasuk Indonesia. Ini yang patut diwaspadai.

Selain sentimen di atas, investor juga dapat mencermati aspek psikologis pasar yang tercermin dari indikator teknikal pasar saham. Berikut ulasannya.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat level penutupan IHSG kemarin dan indikator BB, tampak bahwa indeks sempat menembus level resisten saat mencapai all time high. Namun setelah itu IHSG longsor.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

RSI cenderung bergerak turun mengindikasikan penguatan momentum jual. RSI ditutup di level 58,25 dan masih belum menyentuh area jenuh jualnya.

Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 berada di atas garis EMA 26 namun keduanya cenderung berimpit.

Jika melihat indikator teknikal memang ada peluang untuk IHSG untuk konsolidasi terlebih dahulu. Untuk perdagangan hari ini IHSG berpotensi menguji level 7.000-7.071.

Apabila IHSG berhasil menembus ke bawah level psikologis 7.000, bukan tidak mungkin koreksi akan berlanjut ke level support selanjutnya di 6.948.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular