
Harga Saham Unilever (UNVR) Sudah Mentok? Waktunya Beli?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang terus turun menyisakan banyak tanya di kalangan pelaku pasar. Meskipun sempat terkoreksi, salah satu direksi UNVR malah tercatat melakukan pembelian saham.
Seperti diketahui bersama, harga saham UNVR terpantau masih melemah 14,6% secara year-to-date (ytd). Dalam satu tahun terakhir harga saham emiten konsumen satu ini ambles 46,41%.
Anjloknya harga saham UNVR sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2018. Kinerja harga sahamnya tercatat turun sampai 64%.
Aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham (stock split) perseroan dengan rasio 1:5 tidak membuahkan hasil.
Karakteristik industri yang bergerak di sektor defensif, perusahaan yang sudah mature dan sulit untuk tumbuh dengan pesat hingga berbagai sentimen negatif di pasar membuat kinerja harga saham UNVR terpuruk.
Pada tahun 2021, UNVR membukukan pendapatan (top line) senilai Rp 39,55 triliun atau turun 8% dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai Rp 42,97 triliun.
Penurunan pendapatan UNVR disebabkan oleh turunnya pendapatan dari segmen Home & Personal Care (HPC). Sebagai informasi kontribusi segmen ini pada 2021 mencapai Rp 26,38 triliun atau hampir 67% dari total pendapatannya setahun.
Pendapatan segmen HPC pada 2021 turun 12% dibandingkan dengan 2020 yang mencapai hampir Rp 30 triliun. Sementara itu segmen bisnisnya yang lain yaitu di Foods & Refreshment hanya mampu tumbuh minimalis 1,5% saja dari Rp 12,98 triliun pada 2020 menjadi Rp 13,17 triliun.
Meskipun terjadi penurunan di berbagai pos beban biaya baik untuk operasional maupun bahan baku, laba bersih UNVR tercatat ambles hampir 20% dari Rp 7,16 triliun pada 2020 menjadi Rp 5,76 triliun pada 2021.
Persaingan pasar yang semakin ketat ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 turut menjadi faktor yang berdampak pada kinerja perseoran.
Di tahun 2022, gempuran yang dihadapi UNVR belum juga usai. Adanya kenaikan bahan baku terutama untuk minyak dan CPO menjadi faktor lain yang patut menjadi cermatan. Namun dalam merespons tantangan tersebut, UNVR sudah menyiapkan strategi.
Dalam laporan riset PT BRI Danareksa Sekuritas, UNVR dilaporkan sudah mulai menaikkan harga berbagai produknya rata-rata sampai 6% hingga bulan Februari lalu.
Laporan riset tersebut juga menyebut bahwa kontribusi biaya bahan baku berupa minyak dan CPO hingga produk turunan serta kemasan berkontribusi sebesar 15% dari HPP UNVR.
Selain menaikkan harga produk, strategi lain yang ditempuh oleh UNVR adalah dengan mengamankan pasokan raw material sampai semester I tahun ini.
Natalia Sutanto, analis sektor konsumen yang juga mengcover saham UNVR mengatakan bahwa penurunan harga saham UNVR sudah masuk fase bottoming dan memberikan rating BUY atas saham ini dengan target harga di Rp 4.300/saham.
"Harga saham UNVR sudah berada di level terendah dalam periode 5 tahun terakhir dengan CAGR pendapatan -2% di 2016-2021. Pada harga saham saat ini, UNVR diperdagangkan pada PE FY22F 21.4x, masih lebih rendah dari rekan-rekan globalnya (23,9x). Perlu juga dicatat bahwa perusahaan menawarkan hasil dividen 4,5%. Kami rasa harga saham sudah berada di bawah," tulis Natalia dalam laporannya.
Untuk diketahui, 'sinyal' membeli saham UNVR ini telah dimulai dari internal perusahaan. Ainul Yaqin, Direktur Unilever Indonesia diketahui menambah kepemilikan saham dari 42.200 lembar menjadi 338.200 lembar.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Senin (28/3/2022), Ainul Yaqin membeli 296.000 lembar saham dengan harga Rp 3.380 per lembar dengan tujuan investasi dengan kepemilikan saham langsung.
Dengan demikian, nilai transaksi tersebut mencapai sekitar Rp 1 miliar. Transaksi tersebut dilakukan pada 24 Maret 2022 lalu.
Adapun pada pukul 11.25 WIB sesi pertama perdagangan hari ini, Selasa (29/3/2022), saham UNVR tercatat naik 1,73% ke level Rp 3.520 per unit.
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Giliran Presiden Direktur Beli Saham Unilever, Sinyal Apa?
