
Menguat Hanya Sesaat, Rupiah Berbalik Arah

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah bergerak fluktuatif di perdagangan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (29/3/2022), di mana kemarin telah dirilis data perdagangan AS yang mengalami defisit, sehingga menambah sentimen kurang sedap terhadap dolar AS dan membatasi pergerakan si greenback hari ini.
Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan dengan menguat tipis 0,01% di Rp 14.360/US$. Namun, rupiah berbalik arah menjadi terkoreksi tipis sebanyak 0,1% ke Rp 14.363/US pada pukul 11:00 WIB.
Pada pukul 11:00 WIB, terpantau dolar AS melemah di pasar spot sebanyak 0,03% ke 99,066 terhadap 6 mata uang dunia.
Kemarin, Departemen Perdagangan AS mengumumkan defisit perdagangan barang AS di Februari sebanyak 0,9%, yang menunjukkan bahwa perdagangan akan kembali membebani pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama karena mungkin tidak akan ada kontribusi terhadap pertumbuhan PDB dari investasi persediaan.
"Kami pikir perdagangan mungkin akan mengurangi sekitar dua hingga tiga poin persentase dari pertumbuhan PDB pada kuartal pertama. Meskipun tampaknya persediaan akan kuat lagi di kuartal empat, tapi mungkin akan berakhir sebanding," tutur Analis JPMorgan New York Daniel Silver dikutip dari Reuters.
Defisit perdagangan AS sempat mencapai titik tertinggi sepanjang masa senilai US$ 107,6 miliar pada Januari 2022, tapi pada bulan Februari defisit perdagangan turun 0,9% ke US$ 106,6 miliar. Ekspor meningkat 1,2% menjadi US$ 157,2 miliar.
Para analis percaya bahwa ekspor tersandung dengan harga yang lebih tinggi daripada peningkatan volume. Selain itu, adanya blockade perbatasan AS-Kanada oleh pengemudi truk Kanada bulan lalu memungkinkan untuk menurunkan volume ekspor.
Kenaikan ekspor barang dipicu oleh lonjakan pengiriman barang konsumsi sebesar 6,3%, ekspor makanan naik 3,6%, dan pasokan industri meningkat 2,6%. Namun, ekspor kendaraan bermotor turun 3,4% karena produksi terhambat oleh kekurangan semikonduktor global.
Impor barang naik 0,3% ke US$ 263,7 miliar. Pergeseran belanja dari jasa ke barang selama pandemic Covid-19 menyebabkan lonjakan impor karena produsen di AS berjuang dengan rantai pasokan yang kacau.
Melonjaknya infeksi virus korona di China dan perang Rusia-Ukraina memperburuk prospek perdagangan AS.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer