IHSG Cerah di Awal Pekan, Stabil ke Level 7.049

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 28/03/2022 15:48 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup cerah pada perdagangan Senin (28/3/2022) awal pekan ini dan ditutup nyaris menyentuh kembali rekor tertinggi.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,67% ke level 7.049,6. Pergerakan indeks hari ini cukup baik, di mana pada awal perdagangan sesi I, IHSG sempat terkoreksi. Namun selang beberapa menit, IHSG terus menanjak hingga akhir perdagangan hari ini.

Nilai transaksi indeks hari ini mencapai sekitar Rp 14 triliun. Investor asing pun masih melakukan pembelian bersih sebesar Rp 857,92 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 742,7 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 115,22 miliar di pasar tunai dan negosiasi.


Asing melakukan pembelian bersih di saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebesar Rp 453,7 miliar dan di saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar Rp 106,5 miliar.

Dari pergerakan sahamnya, saham TLKM ditutup melesat 1,77% di level harga Rp 4.600/unit. Sedangkan saham ANTM berakhir ambles 1,13% ke level harga Rp 2.630/unit.

Sebaliknya, penjualan bersih dilakukan asing di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 261,3 miliar dan di saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) sebesar Rp 18,3 miliar.

Saham BBCA ditutup terkoreksi 0,63% ke level Rp 7.900/unit, sedangkan saham TOWR berakhir merosot 0,93% ke posisi harga Rp 1.065/unit.

IHSG bahkan sempat nyaris membentuk level tertinggi barunya di menit-menit terakhir perdagangan hari ini, di mana level tertinggi intraday hari ini berada di level 7.051,54.

Namun pada akhirnya, IHSG berakhir di level 7.049,6 atau di bawah sedikit dari level rekor tertingginya pada Kamis lalu di level 7.049,69.

Cerahnya IHSG pada hari ini terjadi di tengah positifnya mayoritas bursa Asia-Pasifik pada hari ini, di mana indeks Hang Seng Hong Kong kembali memimpin penguatan setelah pada awal perdagangan hari ini sempat terkoreksi. Indeks Hang Seng melesat 1,31%.

Harga energi yang tetap tinggi masih membayangi prospek inflasi. Pekan lalu, harga minyak mentah kontrak futures Brent melonjak hampir 9%.

Kenaikan harga minyak juga membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun melesat mendekati 2,5% yang menjadi level tertingginya dalam dua tahun ini.

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS merespons kemungkinan kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya.

Pelaku pasar kini mulai memperkirakan bahwa the Fed bisa saja menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bp) pada pertemuan selanjutnya.

Merespons rencana The Fed yang agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya, suku bunga KPR AS juga naik.

Melansir CNBC International, suku bunga KPR tetap bertenor 30 tahun kini hampir mencapai 5%. Hal ini kemungkinan besar akan membuat permintaan terhadap rumah dan aset properti melambat.

Di sisi lain, pasar juga masih terus memantau perkembangan antara Rusia dan Ukraina. Terbaru, AS kembali memberikan sanksi tambahan untuk elit dan pejabat politik Rusia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat