Cari Cuan di Awal Pekan? Simak Kabar Pasar Ini Dahulu

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Senin, 28/03/2022 07:59 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Jumat (25/3/2022) akhir pekan ini, di tengah rapat darurat Blok Barat untuk membahas konflik Rusia-Ukraina yang hingga kini belum usai.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,67% ke level 7.002,53. Pada penutupan perdagangan Kamis kemarin, IHSG berhasil menyentuh rekor tertinggi barunya di level 7.049,69.

Namun pada hari ini, indeks tidak mampu mempertahankan level tertingginya dan ditutup melemah meski masih berada di level psikologis 7.000.


Cermati kabar pasar serta kabar emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai transaksi pada perdagangan Senin (28/3/2022).

Gegara Cukai Rokok, Laba HMSP Drop 16,8% di 2021

Perolehan laba bersih emiten rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) merosot sepanjang 2021. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan laba HMSP turun 16,83% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 7,14 triliun.

Sebagai perbandingan, pada 2020 lalu laba HMSP yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp8,58 triliun. Penurunan ini membuat nilai laba per saham HMSP turun menjadi Rp 61/lembar, dibanding posisi 2020 yaitu Rp74/lembar.

Penurunan laba dialami HMSP meski pendapatan atas penjualan naik dari Rp 92,42 triliun di 2020 menjadi Rp 98,87 triliun per akhir 2021. Kenaikan ini tertekan oleh bertambahnya beban pokok perusahaan dari Rp 73,65 triliun menjadi Rp 81,95 triliun di 2021.

Pada periode yang sama, aset HM Sampoerna tercatat bertambah. Nilainya mencapai Rp 53,09 triliun atau lebih besar dibanding akhir 2020 yaitu Rp49,67 triliun.

Liabilitas perusahaan ada di angka Rp 23,89 triliun per 2021, tumbuh dibanding posisi 2020 sebesar Rp19,43 triliun. Kenaikan liabilitas banyak disumbang oleh pos utang cukai. Pada 2021, utang cukai perusahaan mencapai Rp 14,835 triliun atau naik 55,38% YoY dibanding posisi 2020 yaitu Rp9,547 triliun.

"Penambahan utang cukai ini disebabkan adanya peraturan Menteri Keuangan No.57/PMK.04/2017 terkait restorasi fasilitas penundaan pembayaran pita cukai pada akhir tahun dan kenaikan pembelian pita cukai di Desember 2021 dibandingkan dengan Desember 2020," tulis HMSP dalam surat kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat (25/3/2022).

Pada saat yang sama, ekuitas HMSP turun dari semula Rp30,24 triliun menjadi Rp29,19 triliun. Nilai kas dan setara kas perusahaan di akhir 2021 adalah Rp17,84 triliun, naik dari setahun sebelumnya di angka Rp15,80 triliun.

Intip Besarnya Penerimaan Dividen Bos BCA

Jumat (26/3/2022) merupakan hari terakhir cum date dividen PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Artinya, ini merupakan tanggal terakhir jika ingin membeli saham BBCA disertai dengan hak penerimaan dividen yang masih melekat.

Seolah tak mau ketinggalan momentum tersebut, manajemen inti BBCA kompak membeli saham bank tersebut. Selain porsi kepemilikannya bertambah, mereka turut mencicip cuan dari dividen BBCA.

Asal tahu saja, BBCA berencana membagikan dividen tahun buku 2021 senilai Rp 120 per saham. Dus, jika ditotal dengan dividen interim Rp 25 per saham yang telah dibagikan pada 7 Desember 2021, total nilai dividen BBCA Rp 145 per saham.

Sejumlah penerimaan dividen yang diterima memang masih lebih kecil dari nilai transaksi yang sebelumnya dilakukan. Rudy Santoso misalnya.

Ia sebelumnya membeli 298.359 saham BBCA dengan total nilai transaksi mencapai Rp 2,4 miliar. Sedang dividen yang didapat hanya senilai Rp 353,57 juta.

Tapi, gambarannya seperti ini. Rp 353,57 juta setara sekitar Rp 29,46 juta per bulan selama satu tahun. Artinya, tanpa bekerja, hanya mengandalkan dividen BBCA saja, sudah bisa mendapat pemasukan rutin hampir Rp 30 juta per bulan.

Jika jumlah kepemilikannya sebesar Djohan Emir Setijoso, maka pemasukan bulanannya bisa lebih besar lagi. Rp 15,43 miliar setara dengan Rp 1,28 miliar per bulan.

Nilai itu masih bisa bertambah jika mempertimbangkan potensi kenaikan laba bersih BBCA di masa mendatang. Kenaikan ini turut mengerek pertumbuhan dividen BBCA ke depan.


(RCI/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat

Pages