
Pecah Rekor, IHSG Kuat Naik Lagi atau Ambil Untung?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,77% ke level 7.049,69 pada perdagangan kemarin, Kamis (24/3/2022).
Perlu diketahui, level penutupan IHSG kemarin merupakan level all time high-nya baik secara intraday maupun penutupan (closing).
Bersamaan dengan apresiasi yang terjadi pada IHSG, asing net buy jumbo di pasar saham. Data perdagangan mencatat asing net buy Rp 1,62 triliun di pasar reguler.
Bursa Asia bergerak variatif kemarin. Namun di kawasan Asia Tenggara, IHSG menduduki peringkat ketiga dari sisi return.
IHSG kalah dari bursa Filipina dan Singapura yang berhasil mencatatkan kenaikan sebesar 1,04% dan 0,95% kemarin.
Data perekonomian AS yang ciamik turut memicu kenaikan harga saham-sahamnya yang tercermin dari kinerja indeks Wall Street semalam.
Departemen Ketenagakerjaan AS melaporkan klaim tunjangan pengangguran minggu lalu tercatat mencapai 187.000 dan menjadi level terendahnya sejak tahun 1969.
Hal ini dapat menjadi salah satu katalis positif untuk bursa saham Asia termasuk IHSG yang akan buka pada pagi ini.
Namun setelah mencetak rekor tertinggi barunya, bagaimana prospek IHSG hari ini? Berikut ulasan teknikalnya.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat level penutupan IHSG kemarin dan indikator BB, tampak bahwa indeks ditutup di level resistennya di 7.049,69.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
RSI cenderung bergerak naik mengindikasikan penguatan momentum beli. RSI ditutup di level 64,65 dan masih belum menyentuh area jenuh belinya.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 berada di atas garis EMA 26 dan bergerak menjauhi dengan pergerakan bar histogram yang menguat.
Jika melihat indikator teknikal memang ada peluang untuk IHSG lanjut menguat. Namun jika mempertimbangkan aspek volatilitas dan IHSG yang sudah tembus all time high lagi, peluang profit taking juga terbuka.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000