
Duit Asing Selamatkan Rupiah Kemarin, Hari Ini Bisa Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Duit asing yang kembali masuk ke dalam negeri membuat rupiah sukses membalikkan keadaan melawan dolar Amerika Serikat (AS) Kamis kemarin. Meski demikian, penguatan rupiah tipis saja di Rp 14.344/US$ atau 0,01%.
Di bursa saham, investor asing kembali melakukan aksi beli bersih senilai US$ 1,59 triliun di pasar reguler dan ditambah pasar nego dan tunai totalnya menjadi US$ 1,69 triliun.
Perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina memicu capital outflow dari Eropa, dan Indonesia menjadi salah satu tujuannya. Sepanjang tahun ini investor asing melakukan net buy sekitar 38,4 triliun di pasar reguler.
"Aliran modal tidak ingin berada di Eropa, sebab tidak hanya sangat dekat dengan Ukraina, tetapi juga efek dari sanksi yang dijatuhkan ke Rusia," kata Huw Roberts, kepala analis di Quant Insight, sebagaimana dilansir CNBC International.
Sementara pada perdagangan hari ini, Jumat (25/3) perjuangan rupiah untuk kembali menguat masih akan cukup berat. Sebab, indeks dolar AS masih terus menanjak.
Ekspektasi kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Mei masih menjadi penopang penguatan dolar AS. Beberapa pejabat elit bank sentral AS (The Fed) sudah mengungkapkan kesiapannya menaikkan suku bunga 50 basis poin, termasuk sang ketua Jerome Powell.
Data terbaru juga mendukung hal tersebut. Departemen Tenaga Kerja AS kemarin melaporkan klaim awal tunjangan pengangguran pada pekan lalu sebanyak 187.000 orang, menjadi yang terendah sejak September 1969.
Data tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja Amerika Serikat sangat kuat, yang bisa meyakinkan anggota The Fed untuk menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) serta berada di atas MA 100 dan MA 200 yang tentunya memberikan tekanan pelemahan. Meski demikian sejak awal tahun rupiah sebenarnya bergerak sideways, apalagi sejak awal tahun membentuk pola Rectangle.
![]() Foto: Refinitiv |
Batas bawah pola Rectangle berada di kisaran Rp 14.240/US$ dan batas atas di kisaran Rp 14.400/US$. Untuk melihat kemana arah rupiah dalam jangka menengah salah satu level tersebut harus ditembus.
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak naik tetapi masih berada di kisaran 60.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu Stochastic pada grafik 1 jam bergerak turun tetapi belum memasuki wilayah oversold, sehingga ruang penguatan rupiah masih terbuka.
Rupiah kini berada di dekat support Rp 14.340/US$, penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan menuju Rp 14.320/US$ hingga Rp 14.300/US$.
Sementara selama tertahan di atas Rp 14.340/US$, rupiah berisiko melemah menuju resisten di kisaran Rp 14.370/US$ hingga Rp 14.380/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
